BAB I
PENDAHULUAN
|
Perkembangan sosiologi berlangsung selama berabad-abad yang dibagi menjadi lima periode yaitu: 1). Abad pencerahan (abad ke-17), abad pencerahan merupakan abad berkembangnya ilmu pengetahuan yang ditandai dengan berbagai macam penemuan di bidang ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat yang sebelumnya dianggap sebagai nasib yang tidak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. 2). Abad revolusi (abad ke-18), perubahan besar masyarakat, kelahiran sosiologi dan munculnya sosiologi modern. Ada tiga revolusi besar yang terjadi sepanjang abad ke-18 yang mengakibatkan perubahan besar di seluruh dunia terutama di Eropa. Revolusi tersebut adalah Revolusi Amerika, Revolusi Industri dan Revolusi Prancis. a. Revolusi Amerika, ditandai dengan didirikannya negara republik di Amerika Utara dengan sistem pemerintahan demokratis. Revolusi Amerika menggugah kesadaran akan pentingnya hak azazi manusia. b. Revolusi Industri, ditandai dengan terjadinya perubahan besar dalam cara memproduksi dari tenaga manusia ke tenaga mesin. Revolusi industri berpengaruh terhadap munculnya kalangan baru dalam masyarakat yaitu para pemilik modal yang disebut kaum kapitalis (borjuis) dan para pekerja pabrik yang disebut kaum buruh (proletar). c. Revolusi Prancis, menguatkan tersebarnya semangat liberalisme di segala bidang kehidupan. Di bidang sosial semangat liberalisme muncul dalam kesadaran akan hak asasi manusia sedangkan dalam bidang politik semangat liberalisme tampak dari penerapan hukum atau undang-undang. 3). Abad Revolusi mengakibatkan terjadinya perubahan besar dalam masyarakat. Gejolak abad revolusi itu menggugah para ilmuan pada pemikiran bahwa perubahan masyarakat harus dapat dianalisis dengan penjelasan yang rasional. Artinya:
·
Perubahan
masyarakat dapat diketahui sebab akibatnya.
·
Harus dicari
metode ilmiah sebagai alat bantu untuk menjelaskan perubahan itu.
·
Dengan
metode ilmiah yang tepat perubahan dalam masyarakat dapat diantisipasi
sebelumnya.
4).
Kelahiran Sosiologi Sosiologi lahir di Eropa. Istilah sosiologi
diperkenalkan oleh Auguste Comte dalam bukunya filsafat positif sebagai
pendekatan khusus untuk mempelajari masyarakat. Comte merintis upaya penelitian
terhadap masyarakat yang selama berabad-abad dianggap mustahil. Kelahiran
sosiologi juga ditandai dengan tampilnya ilmuan besar di bidang sosiologi
seperti Pitirim Sorokin, Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, George
Simmel dan Max Weber yang semunya berasal dari Eropa. Faktor pendorong utama
munculnya sosiologi adalah meningkatnya perhatian terhadap kesejahteraan
masyarakat dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya. 5). Kelahiran Sosiologi Modern
Sosiologi berkembang di Amerika karena gejolak sosial yang terjadi di sana. Gejolak sosial tersebut ditandai dengan berdatangannya imigran dalam jumlah yang besar ke Amerika yang mengakibatkan pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru yang lengkap dengan gejolak kehidupan kota besar.
Di Amerika Serikat, sosiologi dihubungkan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan keadaan-keadaan sosial manusia. Selain itu, sebagai pendorong untuk menyelesaikan persoalan yang ditimbulkan oleh kejahatan, pelacuran, pengangguran, kemiskinan, konflik, peperangan dan masalah-masalah sosial lainnya.[1] Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari sosiologi, sesungguhnya secara tidak sadar telah mengetahui sedikit tentang sosiologi. Selama hidupnya, dia telah menjadi anggota masyarakat dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau hubungan antar manusia. Semuanya merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologis karena ikut sertanya dia di dalam hubungan-hubungan sosial dalam membentuk kebudayaan masyarakatnya dan kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang lain memberikan gambaran tentang objek yang dipelajarinya yaitu sosiologi.[2] Pada abad ke – 19 seorang filosof perancis yang bernama Auguste Marie Francois Savier Comte, menulis menulis beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutan-urutan tertentu berdasarkan logika, dan setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk kemudian mencapai tahap terakhir , yaitu tahap ilmiah. Dia mempunyai anggapan saatnya telah tiba bahwa semua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap terakhir, yaitu tahap ilmiah. Oleh sebab itu, dia menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri. Nama yang diberikannya takkala itu adalah “Sosiologi” (1839).[3] Untuk lebih jelasnya kita akan merumuskan permasalah sehingga makalah ini lebih spesifik pembahasannya kepada sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
Sosiologi berkembang di Amerika karena gejolak sosial yang terjadi di sana. Gejolak sosial tersebut ditandai dengan berdatangannya imigran dalam jumlah yang besar ke Amerika yang mengakibatkan pesatnya pertumbuhan penduduk, munculnya kota-kota industri baru yang lengkap dengan gejolak kehidupan kota besar.
Di Amerika Serikat, sosiologi dihubungkan dengan usaha-usaha untuk meningkatkan keadaan-keadaan sosial manusia. Selain itu, sebagai pendorong untuk menyelesaikan persoalan yang ditimbulkan oleh kejahatan, pelacuran, pengangguran, kemiskinan, konflik, peperangan dan masalah-masalah sosial lainnya.[1] Seorang awam yang untuk pertama kali mempelajari sosiologi, sesungguhnya secara tidak sadar telah mengetahui sedikit tentang sosiologi. Selama hidupnya, dia telah menjadi anggota masyarakat dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan sosial atau hubungan antar manusia. Semuanya merupakan pengetahuan yang bersifat sosiologis karena ikut sertanya dia di dalam hubungan-hubungan sosial dalam membentuk kebudayaan masyarakatnya dan kesadaran akan adanya persamaan dan perbedaan dengan orang lain memberikan gambaran tentang objek yang dipelajarinya yaitu sosiologi.[2] Pada abad ke – 19 seorang filosof perancis yang bernama Auguste Marie Francois Savier Comte, menulis menulis beberapa buah buku yang berisikan pendekatan-pendekatan umum untuk mempelajari masyarakat. Dia berpendapat bahwa ilmu pengetahuan mempunyai urutan-urutan tertentu berdasarkan logika, dan setiap penelitian dilakukan melalui tahap-tahap tertentu untuk kemudian mencapai tahap terakhir , yaitu tahap ilmiah. Dia mempunyai anggapan saatnya telah tiba bahwa semua penelitian terhadap permasalahan kemasyarakatan dan gejala-gejala masyarakat memasuki tahap terakhir, yaitu tahap ilmiah. Oleh sebab itu, dia menyarankan agar semua penelitian terhadap masyarakat ditingkatkan menjadi suatu ilmu tentang masyarakat yang berdiri sendiri. Nama yang diberikannya takkala itu adalah “Sosiologi” (1839).[3] Untuk lebih jelasnya kita akan merumuskan permasalah sehingga makalah ini lebih spesifik pembahasannya kepada sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
B. Rumusan Masalah
a.
Pengertian
sosiologi dan ilmu pengetahuan
b.
Sosiologi Sebagai Ilmu pengetahuan
c.
Ruang lingkup kajian sosiologi
d.
Metode-metode dalam sosiologi
e.
Manfaat ilmu sosiologi
f.
Tokoh-tokoh sosiologi
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian sosiologi dan
ilmu pengetahuan.
b.
Untuk
mengetahui dan memahami sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
c.
Untuk
mengetahui dan memahami ruang lingkup kajian sosiologi.
d.
Untuk
mengetahui dan memahami metode-metode dalam sosiologi.
e.
Untuk
mengetahui dan memahami manfaat ilmu sosiologi.
f.
Untuk
mengetahui tokoh-tokoh sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. Pengertian Sosiologi dan Ilmu Pengetahuan
5
|
Allan Jhonson. Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya
dengan satu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan
bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem itu.
Anthony Giddens
Sosiologi merupakan studi tentang kehidupan sosial
manusia, kelompok dan masyarakat.
Herbert Spencer dari Inggris
Sosiologi adalah penelitian tentang susunan – susunan
dan proses – proses dari kehidupan sosial sebagai suatu keseluruhan.
Pitirim A. Sorokin
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari :
- Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial, misalnya gejala ekonomi dan agama, keluarga dan moral, hukum dan ekonomi, gerak masyarakat dan politik, dan sebagainya.
- Hubungan dan saling pengaruh antara gejala – gejala sosial dan gejala – gejala non sosial, misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya, serta
- Ciri – ciri umum semua jenis gejala sosial.
Mayor Polak
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
masyarakat sebagai keseluruhan, yakni hubungan diantara manusia, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik kelompok formal maupun kelompok
material atau kelompok statis maupun kelompok dinamis.
Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar
manusia dengan kelompok. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari
fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir,
berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki
kekuatan untuk mengendalikan individu.
William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari
masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang
bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
Mayer F. Nimkopf
Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap
interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang
struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.
Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami
tindakan-tindakan sosial.
Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada
kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
Hassan Shadily
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama
dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan – ikatan antara manusia yang menguasai
kehidupan dengan mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara
terbentuk dan tumbuh, serta berubahnya perserikatan – perserikatan hidup serta
kepercayaan dan keyakinan, memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama
dalam tiap persekutuan hidup manusia.
Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi
Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari
struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada
segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan
pola-pola umum kehidupan masyarakat.
Soerjono Soekanto
sosiologi adalah ilmu yang kategoris, murni, abstrak,
berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris, serta bersifat
umum.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa : Bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu
dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini,
khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari
pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.
Sedangkan pengertian ilmu pengetahuan menurut:
Mohammad Hatta
Ilmu adalah pengetahuan yang
teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut
hubungannya dari dalam.
Nazir
(1988)
ilmu adalah pengetahuan yang
bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan
dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum.
Soerjono Soekanto
Ilmu pengetahuan adalah (knowledge) yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat
diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap manusia.
The Liang
Gie (1991)[8]
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan
kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala
kealaman, kemasyarakatan, atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.
Kamus
Besar Bahasa Indonesia[9]
pengetahuan tentang suatu bidang
yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan itu.
Ilmu adalah seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Sedangkan yang dimaksud pengetahuan
adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki
manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia itu sendiri dan
kehidupanya. Sementara sumber-sumber pengetahuan adalah berasal dari tahu akan
suatu peristiwa dan realitas objektif di alam semesta ini, dan tahu adalah hasil
daripada kenal,sadar, insaf, mengerti dan pandai.[11]
Dari pengertian diatas bisa kita
pahami bahwa Ilmu adalah suatu hasil proses manusia memperadab diri melalui
pemikiran dan analisis yang rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Sedangkan
pengetahuan yang berkata dasar tahu artinya sadar/insaf dengan penambahan
afiksasi pe-an ( pengetahuan) menjadi kata benda artinya kumpulan dari hasil
kesadaran manusia terhadap sesuatu. Misalnya kesadaran manusia terhadap
fenomena alam maka muncul Ilmu alam, kesadaran manusia terhadap fenomena sosial
maka muncul ilmu sosial, kesadaran manusia terhadap fenomena kebudayaan maka
muncul ilmu budaya dan lain sebagainya. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat
dibuktikan dengan percobaan yang transparan dan objektif.
B.
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
Menurut Soerjono Soekanto,[12]
ilmu dapat didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran (logika). Pengetahuan harus
bersifat objektif, artinya selalu dapat diperiksa dan diuji secara kritis oleh
orang lain. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu. Hanya pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dan teruji kebenarannya yang dapat disebut sebagai
ilmu.
Sosiologi dapat disebut sebagai ilmu karena sudah
memenuhi syarat – syarat tersebut. Sosiologi
merupakan ilmu yang berdiri sendiri yang objeknya adalah masyarakat. Sosiologi
dapat disebut memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki sifat –
sifat :
- Sosiologi bersifat empiris, artinya sosiologi didasarkan pada observasi (pengamatan) terhadap kenyataan dan akal sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif melainkan objektif;
- Sosiologi bersifat teoritis, artinya selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil – hasil observasi, merupakan unsur – unsur yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan antar hubungan dan sebab akibat sehingga menjadi teori;
- Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori – teori sosiologi terbentuk atas dasar teori – teori yang sudah ada;
- Sosiologi bersifat nonetis, artinya yang menjadi inti persoalan dalam sosiologi bukanlah persoalan baik buruknya suatu fakta, melainkan tujuan yang hendak dicapai dengan menjelaskan fakta – fakta tersebut.
Apabila sosiologi ditelaah dari
sudut sifat hakikatnya, maka akan dijumpai beberapa pentunjuk yang akan dapat
membantu untuk menetapkan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi. Sifat-sifat
hakikatnya adalah sebagai berikut :[13]
·
Sosiologi
merupakan suatu ilmu sosial dan bukan merupakan ilmu pengetahuan alam atau ilmu
pengetahuan kerohanian (bukan pembedaan metode tapi pembedaan isi);
·
Sosiologi
bukan merupakan disiplin yang normatif tetapi merupakan suatu disiplin yang
kategoris, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini
dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya terjadi;
·
Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure
science) dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan atau terpakai (applied science);
·
Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang
kongkret;
·
Sosiologi
bertujuan untuk menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola umum;
·
Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional;
·
Sosiologi
merupakan ilmu pengetahuan yang umum dan bukan merupakan ilmu pengetahuan yang
khusus.
Sebagai kesimpulan, sosiologi ialah
ilmu sosial yang kategoris, murni, abstrak, berusaha mencari
pengertian-pengertian umum, rasional dan empiris serta bersifat umum.
Suatu gambaran menyeluruh dan
lengkap tentang teori-teori sosiologi sesudah masa Comte tidak akan dituliskan
secara keseluruhan oleh karena itu akan dituliskan beberapa teori saja, yang
dikelompokkan ke dalam beberapa mazhab yang didasarkan pada faktor-faktor
sehingga memudahkan kita untuk mempelajarinya.[14]
·
Mazhab
Geografi dan Lingkungan.
Diantara
sekian banyaknya teori-teori yang dapat digolongkan ke dalam mazhab ini,
dipilihkan ajaran-ajaran dari Edward Buckle dari Inggris (1821-1862) dan Le
Plag dari Prancis (1806-1888). Di dalam hasil karyanya yang berjudul History of Civilization in England (yang
tidak selesai). Dalam analisisnya, dia menemukan beberapa keteraturan hubungan
antara keadaan alam dengan tingkah laku manusia. Misalnya, terjadinya bunuh
diri sebagai akibat rendahnya penghasilan, dan tinggi rendahnya penghasilan
tergantung dari keadaan alam (terutama iklim dan tanah). Taraf kemakmuran suatu
masyrakat juga sangat tergantung pada keadaan alam di mana masyarakat hidup.
Le Plag
mempunyai kesamaan kesimpulan dengan Buckle. Dalam analisisnya ia memulai dari
menganalisis keluarga sebagai unit sosial yang fundamental dari masyarakat.
Organisasi keluarga ditentukan oleh cara-cara mempertahankan kehidupannya yaitu
cara mereka bermata pencaharian, hal itu sangat tergantung pada lingkungan
timbal-balik antara faktor-faktor tempat pekerjaan dan manusia (masyarakat).
·
Mazhab
Organis dan Evolusioner.
Herbert Spencer
(1820-1903), melakukan analogi antara masyarakat manusia dengan organisme manusia.
Sedangkan W.G. Summer (1840-1910) dalam karyanya Folkways dimaksudkan dengan kebiasaan-kebiasaan sosial yang timbul
secara tidak sadar dalam masyarakat
·
Mazhab
Formal (pengaruh dari Immanuel Kant)
Georg Simmel
(1858-1918), menurutnya elemen-elemen masyarakat mencapai kesatuan melalui
bentuk-bentuk yang mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut. Kemudian
seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi dan
sosialisasi. Leopold von Wiese (1876-1961), berpendapat bahwa sosiologi harus
memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antarmanusia tanpa mengaitkannya
dengan tujuan-tujuan maupun dengan kaidah-kaidah.
·
Mazhab
Psikologi
Gabriel
Tarde (1843-1904). Dia menjelaskan gejala sosial dalam kerangka reaksi psikis
seseorang. Richard H. Cooley (1864-1924) dalam karyanya Social Organization, Cooley mengembangkan konsep kelompok utama (primary group), yang ditandai dengan
hubungan antarpribadi yang dekat sekali. Individu dan masyarakat saling
melengkapi, dimana individu hanya akan menemukan bentuknya di dalam masyarakat.
L.T Hob House (1864-1929), memusatkan perhatiannya kepada kondisi psikologis
kehidupan sosial.
·
Mazhab
Ekonomi
Karl Marx
(1818-1883), mempergunakan metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu
teori tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju suatu
keadaan di mana ada keadilan sosial. Max Weber (1864-1920) menyatakan bahwa
semua bentuk organisasi sosial harus diteliti menurut prilaku warganya, yang
motivasinya serasi dengan harapan warga-warga lainnya. Menurutnya kembali bahwa
tingkah laku manusia secara individu dalam masyarakat dapat diklasifikasikan
menurut empat tipe ideal aksi sosial, yakni:
1.
Aksi yang
bertujuan, yakni tingkah laku yang ditujukan untuk mendapatkan hasil-hasil yang
efisien;
2.
Aksi yang
berisikan nilai yang telah ditentukan, yang diartikan sebagai perbuatan untuk
merealisasikan dan mencapai tujuan;
3.
Aksi
tradisonal yang menyangkut tingkah laku yang melaksanakan suatu aturan yang
bersanksi;
4.
Aksi yang
emosional, yaitu yang menyangkut perasaan seseorang.
·
Mazhab Hukum
Durkheim
berpendapat hukum adalah kaidah-kaidah yang bersanksi berat ringannya
tergantung pada sifat pelanggaran, anggapan-anggapan, serta keyakinan
masyarakat tentang baik dan buruknya suatu tindakan. Didalam masyarakat dapat
ditemukan dua macam sanksi kaidah-kaidah hukum, yaitu sanksi yang represif
(didasarkan pada solidaritas mekanis) dan sanksi restitutif (didasarkan pada
solidaritas organis). Max Weber ada empat tipe ideal hukum, yaitu: Hukum
irasional dan materiil, irasional dan formal, rasional dan materiil dan hukum
rasional dan formal.[15]
L.M Friedman dan Daniel S. Lev, berpendapat konsepsi budaya hukum menunjuk pada
nilai-nilai yang berkaitan dengan hukum (substantif) dan proses hukum (hukum
ajektif).
Adapun objek sosiologi adalah
masyarakat yang dilihat dari sudut hubungan antara manusia dan proses yang
timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat. Sedangkan tujuannya adalah
meningkatkan daya kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan hidupnya.
Sosiologi adalah kajian ilmiah tentang kehidupan sosial manusia yang berusaha
mencari tahu tentang hakekat dan sebab-sebab dari berbagai pola pikir dan
tindakan manusia yang teratur dapat berulang. Berbeda dengan psikologi yang
memusatkan perhatiannya pada karakteristik pikiran dan tindakan orang
perorangan, sosiologi hanya tertarik kepada pikiran dan tindakan yang
dimunculkan seseorang sebagai anggota suatu kelompok atau masyarakat.[16]
Namun perlu diingat, sosiologi adalah disiplin ilmu yang luas dan mencakup
banyak hal, dan ada banyak jenis sosiologi yang mempelajari sesuatu yang
berbeda dengan tujuan yang berbeda-beda pula.[17]
Adapun yang menjadi sub-disiplin
Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yaitu:
a. krimonologi, b. sosiologi sejarah, c. geografi manusia, d.
sosiologi industri, e. sosiologi
politik, f. sosiologi pedesaan, g.
sosiologi kota, dan h. sosiologi agama.[18]
Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan satu persatu sebagai berikut :
a. Kriminologi adalah suatu kajian mengenai
perkembangan aktivitas kejahatan dalam hubungannya dengan fungsi struktur
institusi, dan metode mengendalikan penjahat dalam penangkapan, interogasi dan
perawatan yang berikutnya.
b. Sosiologi sejarah adalah
suatu cabang sosiologi yang menggunakan data sejarah sebagai dasar untuk
membuat generalisasi ilmiah. Ia mementingkan pola atau bentuk hidup
kejadian-kejadian yang telah terjadi dalam sejarah, bukannya menentukan tertib
tarikh peristiwa sejarah yang seragam seperti yang dapat disimpulkan dari
peristiwa sejarah yang lalu.
c. Geografi manusia
(kadang-kadang dinamakan antropo-geografi) ialah suatu ilmu mengenai
hubungan timbal balik manusia dengan alam lingkungan. Ia mempunyai dua prinsip
pendekatan:
Pertama, pengaruh alam lingkungan seperti
iklim, kedudukan tanah dan air yang terdapat dalam kehidupan sosial manusia,
suatu pengaruh yang biasanya dianggap sebagai bukan penentu, tetapi sebagai
suatu pembatasan terhadap batas-batas yang luas.
Kedua, pengaruh manusia terhadap alam
lingkungannya. Ini termasuk dalam arti kata yang luas, semua perubahan yang
dilakukan oleh manusia terhadap alam kebendaan, tetapi aktivitasnya lebih
khusus seperti mengalirkan rawa-rawa atau mempertahankan terusan.
d. Sosiologi industri berhubungan
dengan cara mendapatkan pengetahuan mengenai proses sosial yang terlibat dalam
aktivitas industri, dan dengan organisasi industri sebagai sistem sosial. Ilmu
ini mengkaji aspek institusi mengenai aktivitas industri, dan hubungan proses
sosial dalam aktivitas industri kepada proses lain dalam masyarakat.
e. Sosiologi politik adalah suatu
cabang sosiologi yang menganalisa proses politik dalam rangka bidang sosiologi,
mengorientasikan pengamatannya khusus kepada dinamika tingkah laku politik,
karena kajian ini dipengaruhi beberapa proses sosial, seperti kerjasama,
persaingan, konflik, mobilitas sosial, pembentukan pendapat umum, peralihan
kekuasaan beberapa kelompok, dan semua proses yang terlibat mempengaruhi
tingkah laku politik.
f. Sosiologi pedesaan ialah kajian
mengenai penduduk desa dalam hubungan dengan kelompoknya. Ilmu ini menggunakan
metode dan prinsip sosiologi umum dan menggunakannya dalam kajian mengenai
penduduk desa, sekitar ciri-ciri penduduk desa, organisasi sosial desa, dan
berbagai lembaga dan asosiasi yang berfungsi di dalam kehidupan sosial desa,
proses sosial yang penting yang terdapat dalam kehidupan di desa, pengaruh
perubahan sosial atas organisasi sosial desa, dan beberapa masalah yang
dihadapi oleh masyarakat desa.
g. Sosiologi kota adalah
kajian mengenai orang-orang kota dalam hubungan mereka antara satu kelompok
dengan kelompok lain. Bidang ini mengkaji ciri orang kota, organisasi sosial
dan aktivitas institusi mereka, proses interaksi asas yang berlaku dalam
kehidupan kota, pengaruh perubahan sosial dan beberapa masalah yang mereka
hadapi.
h. Sosiologi agama adalah
melibatkan analisa sistimatik mengenai fenomena agama dengan menggunakan konsep
dan metode sosiologi. Institusi agama dikaji sedemikian rupa, dan struktur
serta prosesnya dianalisa, dan begitu juga hubungannya dengan institusi yang
lain, perkembangan, penyebaran dan jatuhnya agama dikaji untuk tujuan prinsip
umum yang dapat diperoleh darinya. Metode pengendalian sosial melalui aktivitas
agama dititikberatkan, seperti halnya aspek psikologi sosial mengenai tingkah
laku kolektif dalam hubungannya dengan fungsi agama. Ajaran agama dianalisa
dalam hubungan dengan struktur sosial.
Disamping
sub-disiplin sosiologi tersebut di atas, juga ada disiplin sosiologi pendidikan
dan pengetahuan. Ahli sosiologi mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu kajian
sosial, karena perkembangan anak perlu ditumbuhkan dari segi hubungannya dengan
masyarakat dan kebudayaannya, individu tidak dapat berkembang jika diasingkan
dari kelompok sosialnya, dan kelompok sosial yang akhirnya membentuk
kepribadian tersebut melalui interaksi sosial.
Sosiologi
pengetahuan, suatu kajian mengenai hubungan antara struktur pemikiran dan latar
belakang sosiologi di mana ia hidup dan berfungsi, karena manusia ingin
mengetahui diri dan lingkungannya.
C. Ruang
Lingkup Kajian Sosiologi Sebagai ilmu
pengetahuan, sosiologi mengkaji lebih mendalam pada bidangnya dengan cara
bervariasi. Misalnya seorang sosiolog mengkaji dan mengamati kenakalan
remaja di Indonesia saat ini, mereka akan mengkaji mengapa remaja tersebut
nakal, mulai kapan remaja tersebut berperilaku nakal, sampai memberikan
alternatif pemecahan masalah tersebut. Hampir semua gejala sosial yang
terjadi di desa maupun di kota baik
individu ataupun kelompok, merupakan ruang kajian yang cocok bagi sosiologi,
asalkan menggunakan prosedur ilmiah. Ruang lingkup kajian sosiologi lebih luas
dari ilmu sosial lainnya. Hal ini dikarenakan ruang lingkup sosiologi mencakup
semua interaksi sosial yang berlangsung antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok, serta kelompok dengan kelompok di lingkugan
masyarakat. Ruang lingkup kajian sosiologi tersebut jika dirincikan menjadi
beberapa hal, misalnya antara lain:
- Ilmu ekonomi mempelajari tentang bagaimana hakikatnya mempelajari usaha-usaha masyarakat untuk memenuhi kebutuhan materilnya dari bahan-bahan yang terbatas persediannya;
- Ilmu politik yaitu yang mempelajari suatu segi khusus pula dari kehidupan masyarakat yang menyangkut soal kekuasaan;
- Persoalan sejarah yaitu berhubungan dengan catatan kronologis, misalnya usaha kegiatan manusia beserta prestasinya yang tercatat, dan sebagainya.
Sosiologi menggabungkan data dari
berbagai ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitiannya. Dengan demikian
sosiologi dapat dihubungkan dengan kejadian sejarah, sepanjang kejadian itu
memberikan keterangan beserta uraian proses berlangsungnya hidup
kelompok-kelompok, atau beberapa peristiwa dalam perjalanan sejarah dari
kelompok manusia. Sebagai contoh, riwayat suatu negara dapat dipelajari dengan
mengungkapkan latar belakang terbentuknya suatu negara, faktor-faktor,
prinsip-prinsip suatu negara sampai perjalanan negara di masa yang akan datang.
Sosiologi mempertumbuhkan semua lingkungan dan kebiasaan manusia, sepanjang
kenyataan yang ada dalam kehidupan manusia dan dapat memengaruhi pengalaman
yang dirasakan manusia, serta proses dalam kelompoknya. Selama kelompok itu
ada, maka selama itu pula akan terlihat bentuk-bentuk, cara-cara, standar,
mekanisme, masalah, dan perkembangan sifat kelompok tersebut. Semua faktor
tersebut dapat memengaruhi hubungan antara manusia dan berpengaruh terhadap
analisis sosiologi.[19]
D.
Metode-Metode Sosiologi Menurut Soerjono
Soekanto,[20] ada
dua jenis metode yang digunakan dalam sosiologi, sebagai berikut : 1. Metode Kualitatif Metode kualitatif mengutamakan bahan atau
hasil pengamatan yang sukar diukur dengan angka. Metode ini meliputi : 1) Metode historis, yaitu
menganalisis peristiwa – peristiwa masa lalu untuk merumuskan prinsip – prinsip
umum; 2) Metode komparatif, yaitu
membandingkan antara bermacam – macam – macam masyarakat; 3) Metode studi kasus, alat-alat
yang diperlukan : a) Wawancara. b) Daftar pertanyaan. c) Pengamatan partisipasi.
2. Metode Kuantitatif Metode kuantitatif mengutamakan bahan – bahan
keterangan dengan angka atau gejala – gejala yang diteliti dapat diukur dengan
skala, indeks, tabel, dan formula. Termasuk dalam metode ini adalah metode
statistik, dimana gejala – gejala masyarakat sebelum dianalisis dikuantifikasi
terlebih dahulu.
Dalam penelitian sosiologi, biasanya
digunakan tiga bentuk metode penelitian, yaitu deskriptif, komparatif dan
eksprimental.[21]
E. Manfaat
Ilmu Sosiologi Manfaat
sosiologi antara lain sebagai berikut :[22]
- Sosiologi dapat membantu kita untuk mengontrol atau mengendalikan setiap tindakan dan perilaku kita dalam kehidupan bermasyarakat.
- Sosiologi mampu mengkaji status dan peran kita sebagai anggota masyarakat, serta dapat menilai ‘dunia’ atau ‘budaya’ lain yang belum kita ketahui.
- Dengan bantuan sosiologi kita akan makin memahami nilai, norma, tradisi, dan keyakinan yang dianut oleh masyarakat lain, serta memanfaatkan perbedaan –perbedaan yang ada tanpa menyebabkan timbulnya konflik diantara anggota masyarakat yang berbeda.
- Bagi kita sebagai generasi penerus, mempelajari sosiologi membuat kita lebih tanggap, kritis, dan rasional dalam menghadapi gejala-gejala sosial masyarakat yang makin kompleks dewasa ini, serta mampu mengambil sikap dan tindakan yang tepat dan akurat terhadap setiap situasi sosial yang kita hadapi sehari – hari.
F. Tokoh-tokoh sosiologi antara lain sebagai berikut :[23]
1. Auguste Marie Francois Xavier Comte
(1798-1857) Auguste
Comte lahir di Montpellier, Prancis, tahun 1798. Ia berasal dari keluarga
Katolik dan berdarah bangsawan. Dia mendapat pendidikan di Ecole Polytechnique
di Paris. Comte memulai karir profesionalnya dengan memberi les dalam bidang
matematika. Meskipun ia sudah memperoleh pendidikan dalam matematika,
perhatiannya yang sebenarnya adalah pada masalah-masalah kemanusiaan dan sosial.
Comte mengemukakan ide tentang positivisme. Positivisme percaya bahwa
masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa metode-metode penelitian
empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya. Comte melihat
perkembangan ilmu tentang masyarakat yang bersifat alamiah ini sebagai puncak
suatu proses kemajuan intelektual yang logis dimana semua ilmu-ilmu lainnya
sudah melewatinya.
2.
Herbert Spencer (1820-1903)
Menganggap penting penelitian atas
perkembangan masyarakat dan perbandingan antara masyarakat-masyarakat tersebut.
Kemudian ia mengatakan bahwa objek
sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan
industri.
3. Emile Durkheim ( Emile
Durkheim lahir tahun 1858 di Epinal Prancis. Ayah Durkheim adalah seorang rabi.
Pada usia 21 tahun Durkheim diterima di Ecole Normale Superieure. Durkheim
merupakan seorang mahasiswa yang sangat serius. Setelah menamatkan
pendidikannya ia mulai mengajar. Asumsi umum yang paling fundamental yang
mendasari pendekatan Durkheim terhadap sosiologi adalah bahwa gejala sosial itu
riil dan mempengaruhi kesadaran individu serta perilakunya yang berbeda dari
karakteristik biologis, psikologis, atau karakteristik individu lainnya. Gejala
sosial itu disebut Durkheim dengan fakta sosial. Menurut Durkheim fakta sosial
memiliki tiga karakteristik dari fakta sosial yaitu:
a. Bersifat eksternal terhadap individu; b. Memaksa individu;
a. Bersifat eksternal terhadap individu; b. Memaksa individu;
c. Bersifat umum atau tersebar
meluas dalam suatu masyarakat; 4. Karl Marx Marx lahir di Trier Jerman pada
tahun 1818. Ayahnya Heinrich dan ibunya Henrietta berasal dari keluarga rabbi
Yahudi. Sang ayah Heinrich berhasil mencapai kehidupan borjuis yang cukup mewah
sebagai seorang pengacara yang berhasil. Ketika suasana politik menjadi tidak
menguntungkan sebagai seorang pengacara keturunan Yahudi, dia dan keluarganya
masuk Protestan dan diterima dalam gereja Luteran. Kejadian ini mempengaruhi
pandangan Marx yang menekankan pandangan bahwa kepercayaan-kepercayaan agama
tidak memberikan pengaruh paling penting terhadap perilaku, tetapi sebaliknya
kepercayaan agama itu mencerminkan faktor-faktor sosial ekonomi yang mendasar.
Kehidupan pribadi Marx sangat sulit karena keterlibatannya dalam gerakan-gerakan radikal. Sewaktu dia melarikan diri ke Perancis, ia bertemu dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang kemudian menjadi sahabat seumur hidupnya. Tahun 1847 di London, Marx dan Engels menghadiri pertemuan yang diselenggarakan serikat pekerja yang dikenal dengan Liga Komunis. Tahun berikutnya mereka menyiapkan Komunis Manifesto yang menjadi pedoman bagi gerakan komunis. Mereka menyatakan bahwa kaum proletar (para pekerja yang tidak memiliki aset produksi) harus bersatu untuk melakukan pemberontakan terhadap masyarakat kapitalis (para pemilik modal). 4. Max Weber Max Weber lahir di Erfurt, Thuringia Jerman tahun 1864, tetapi dibesarkan di Berlin dimana keluarganya pindah ketika ia berumur lima tahun. Ayahnya adalah seorang hakim di Erfurt dan ketika keluarganya pindah ke Berlin, dia menjadi seorang penasehat di pemerintahan kota. Weber mempelajari hukum, ekonomi dan sejarah. Namun ia kemudian tertarik dengan sosiologi. Weber mengemukakan konsep verstehen berasal dari bahasa Jerman yang artinya memahami. Ia menganalisa bahwa kita tidak bisa memahami tentang perilaku sosial seperti kita megukur temperatur suhu. Untuk memahami tindakan kita harus mempelajari makna subjektif yang melekat pada tindakan tersebut.
Kehidupan pribadi Marx sangat sulit karena keterlibatannya dalam gerakan-gerakan radikal. Sewaktu dia melarikan diri ke Perancis, ia bertemu dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang kemudian menjadi sahabat seumur hidupnya. Tahun 1847 di London, Marx dan Engels menghadiri pertemuan yang diselenggarakan serikat pekerja yang dikenal dengan Liga Komunis. Tahun berikutnya mereka menyiapkan Komunis Manifesto yang menjadi pedoman bagi gerakan komunis. Mereka menyatakan bahwa kaum proletar (para pekerja yang tidak memiliki aset produksi) harus bersatu untuk melakukan pemberontakan terhadap masyarakat kapitalis (para pemilik modal). 4. Max Weber Max Weber lahir di Erfurt, Thuringia Jerman tahun 1864, tetapi dibesarkan di Berlin dimana keluarganya pindah ketika ia berumur lima tahun. Ayahnya adalah seorang hakim di Erfurt dan ketika keluarganya pindah ke Berlin, dia menjadi seorang penasehat di pemerintahan kota. Weber mempelajari hukum, ekonomi dan sejarah. Namun ia kemudian tertarik dengan sosiologi. Weber mengemukakan konsep verstehen berasal dari bahasa Jerman yang artinya memahami. Ia menganalisa bahwa kita tidak bisa memahami tentang perilaku sosial seperti kita megukur temperatur suhu. Untuk memahami tindakan kita harus mempelajari makna subjektif yang melekat pada tindakan tersebut.
5.
Charles Horton Cooley (1864-1929)
Seorang Amerika yang mengembangkan
konsepsi mengenai hubungan timbal balik
dan hubungan yang tidak terpisahkan antara individu dengan masyarakat. 6.
Pierre Guillaurne Le Play (1806-1882)
Le Play berkebangsaan Prancis, dia
berhasil mengenalkan suatu metode tertentu dalam meneliti dan menganalisis
gejala-gejala sosial yaitu dengan mengadakan observasi terhadap fakta-fakta
sosial dan analisis induktif kemudian dia juga menggunakan metode case study dalam penelitian-penelitian
sosial.
7.
Ferdinand Tonnies
Memperkenalkan teorinya Gemeinschaft (paguyuban) dan Gesellschaf (patembayan) sebagai dua
bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok sosial.
8.
Leopold von Wiese (1876-1949)
Dia seorang warga Jerman,
menganggap sosiologi sebagai ilmu pengetahuan empiris yang berdiri sendiri.
Objeknya adalah penelitian terhadap hubungan antarmanusia yang merupakan
kenyataan sosial. Jadi menurutnya, objek khusus ilmu sosiologi adalah interaksi
sosial atau proses sosial.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sesungguhnya dalam kehidupan manusia tidak pernah
lepas dari adanya perbedaan antara individu satu dengan yang lainnya. Dalam
kehidupan masyarakat selalu tersimpan atau terbentuk suatu fenomena nyata yang
tak bisa dihindari oleh manusia, karena kehidupan manusia yang bersifat dinamis
dan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Terbentuknya suatu kelompok atau
tatanan masyarakat dan berbagai konflik dan fenomena yang terjadi di dalamnya,
menarik perhatian dari para ahli sosiologi dari barat, seperti weber, marx,
durkheim dan yang lainnya, untuk membuat suatu proyek penelitian terhadap
kehidupan masyarakat. Sesuai yang dikatakan oleh auguste comte sosiologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupan sosial dalam masyarakat yang
sangat berguna dalam kehidupan masyarakat karena sosiologi dapat membantu
masyarakat dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan. Dan Secara
harfiah sosiologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antar
teman. Yang dimaksud hubungan antar teman meliputi antara orang yang satu
dengan orang yang lain, baik yang bersungguh-sungguh teman atau sahabat maupun
lawan atau musuh. Pengertian ini diperluas sedikit menjadi “Sosiologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat.”
26
|
B. SARAN
Di dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi sebuah
konkrit yang harus di selesaikan dengan baik dengan demikian ilmu sosiologi
dapat membantu menangani dan menyelesaikan konkrit itu secara baik. Memang
tidak mudah untuk dapat menyelesaikan konkrit itu tapi dengan bermodalkan ilmu
sosiologi yang di dapat sedikit demi sedikit jika di laksanakan dengan baik
maka perlahan-lahan sebuah konkrit itu dapat terselesaikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Halaman. 5
Soekanto Soerjono . 2012. Sosiologi
suatu pengantar. Jakarta: Rajawali
Pers, cet. 44, hal. 1
Syani Abdul, 1995. Sosiologi Dan Perubahan Masyarakat . Lampung:
Pustaka Jaya, hal. 2
Gie The Liang. 1991. Pengantar Filsafat Ilmu.
Yogyakarta : Liberty. hal. 15
Dinas
Pendidikan. 1997. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Wikipedia
Indonesia. org
Kahmad Dadang. 2009. Sosiologi
Agama. Bandung : Remaja Rosdakarya. Cet. V. Hal. 10
[2] Soerjono Soekanto. Sosiologi suatu pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) cet. 44,
hal. 1
[3] Ibid, hal.
3
[6] Soerjono Soekanto, Sosiologi sebagai...( (Jakarta: Rajawali Pers, 2012) cet. 44,
hal. 4
[8] The Liang Gie. Pengantar
Filsafat Ilmu. (Yogyakarta : Liberty, 1991) hal. 15
[9] Dinas Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1997)
[10] Wikipedia Indonesia. org
[11]
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2009/11/pengertian-ilmu-dan-ilmu-pengetahuan.html
[14] Ibid. Hal. 32
[15] lihat, Sosiologi suatu
pengantar, hal. 40
[16] Steven Sanderson, Sosiologi Makro, terj. Sahat
Simamora, (Jakarta : Bina Aksara, 1984), hal. 253.
[17] Stepen
Sanderson, Sosiologi Makro, edisi Indonesia, Hotman M. Siahaan, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1995), hal. 2.
[18] Joseph Roucek
dan Rolan Werren, Sosiologi An Introduction, terj. Sehat Simamora,
(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1984), h. 253.
[20] Ibid, hal.
[21] Dadang Kahmad, Sosiologi Agama (Bandung : Remaja Rosdakarya,2009). Cet. V. Hal. 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar