Sabtu, 04 Januari 2014

KRITIK LITERATUR ATAU RESENSI BUKU The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order By Samuel P. Hutington (Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia )



KRITIK LITERATUR ATAU RESENSI BUKU
A.  Pendahuluan                                                                                                    
       Hubungan antara Barat Kristen dengan Timur Islam di dalam sejarah peradaban mengalami pasang surut, mulai dari perang salib yang diprakarsai oleh Paus Urban, ekspansi Kekhalifahan Ottoman (Turki Usmani) terhadap wilayah kekuasaan Kristen, akses dari semua peristiwa sejarah tersebut menimbulkan luka dan dendam politik yang terus mengkristal hingga berbentuk bola api yang sewaktu-waktu akan dapat meledak. Setelah keruntuhan negara Uni Soviet, negara super power yang terletak dibagian Eropa timur ini,  juga sekaligus sebagai simbol negara komunisme, yang selama beberapa dekade menjadi musuh Amerika cs (baca : Barat) sehingga menyebabkan terjadinya perang dingin yang bisa menganggu stabilitas global. Dengan keruntuhan komunisme tersebut maka para ilmuan Barat melakukan riset dan analisa tentang kemunculan kekuatan baru (baca : Peradaban) yang bisa menandingi bahkan mampu menghambat ambisi dan kepentingan barat untuk menjadi penguasa tunggal di dunia. Hipotesa riset dan analisa ilmuan Barat menyimpulkan bahwa kekuatan peradaban baru tersebut adalah negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam. Diskusi-diskusi tentang 'ancaman Islam' atau 'bahaya Islam' bermunculan di media massa. Para ilmuwan Barat sendiri berdebat keras tentang wacana ini. Pada awal dekade 1990-an seorang ilmuwan politik dari Harvard, Samuel P. Huntington, menjadi sangat terkenal dengan memopulerkan wacana "The Clash of Civilizatioan" (Benturan Antarperadaban). Melalui bukunya, The Clash of Civilization and the Remaking of World Order (1996), Huntington mengarahkan Barat untuk memberikan perhatian khusus kepada Islam. Menurutnya, di antara berbagai peradaban besar yang masih eksis hingga kini hanyalah Islam yang berpotensi besar menggoncang peradaban Barat, sebagaimana dibuktikan dalam sejarah.
B.  Pembahasan                                                                                                            Tulisan ini hendak mencoba melakukan kritik literatur terhadap sebuah buku berjudul The Clash of Civilization and the Remaking of World Order yang ditulis oleh Samuel P. Huntington tahun 1996. Terjadinya peristiwa WTC 11 September 2001. Lalu, menyusul kemudian serangan AS ke Afghanistan dan Irak. Proyek besar-besaran AS untuk menjadikan agenda 'perang melawan terorisme' sebagai agenda utama dalam politik internasional terbukti kemudian lebih diarahkan untuk mengejar apa yang mereka sebut sebagai "teroris Islam", yang mereka nilai membahayakan kepentingan Barat, dan AS khususnya. Perkembangan politik internasional kemudian seperti bergerak menuju tesis benturan peradaban yang dipopulerkan oleh Huntington. Dunia diseret untuk terbelah menjadi dua kutub utama: Barat dan Islam. Barat dicitrakan sebagai pemburu teroris, sedangkan Islam adalah teroris atau yang proteroris. Mengapa bisa demikian?. Seperti dikatakan Huntington, harus dibedakan antara Islam militan dengan Islam secara umum. Islam militan adalah ancaman nyata terhadap Barat. Ia mengatakan, "... tetapi Islam militan merupakan ancaman nyata bagi Barat melalui para teroris dan negara-negara bajingan (rouge state) yang sedang berusaha mengembangkan persenjataan nuklir, serta cara-cara lainnya." Dalam tulisannya di majalah Newsweek Special Davos Edition (2001) yang berjudul "The Age of Muslim Wars", Huntington mencatat: "Terjadinya kemungkinan 'benturan peradaban' kini telah hadir. Konflik dan benturan terjadi antara Barat dan Islam, lalu Ia juga menegaskan, "Politik global masa kini adalah zaman perang terhadap Muslim." Ia menekankan bahwa konflik antara Islam dan Kristen--baik Kristen Ortodoks maupun Kristen Barat--adalah konflik yang sebenarnya. Adapun konflik antara Kapitalis dan Marxis hanyalah konflik yang sesaat dan bersifat dangkal. (Samuel P. Huntington, The Clash of Civilization and the Remaking of World Order (New Tork: Touchtone Books, 1996], hlm. 209). Huntington mengajukan tesis dalam kalimat sangat tegas : ”Menurut Hipotesis saya,” katanya, “sumber utama konflik dunia baru tidak lagi ideologi atau ekonomi, tetapi budaya. Budaya akan memilah-milah manusia dan menjadi sumber konflik dominan. Negara-negara akan tetap menjadi aktor paling kuat dalam percaturan dunia, tetapi konflik politik global yang paling prinsipil akan terjadi antara bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok karena perbedaan peradaban mereka. Benturan peradaban akan mendominasi politik global.” Secara lebih luas, Huntington mendasarkan pemikirannya – paling tidak – pada enam alasan yang dijadikannya sebagai premis dasar untuk menjelaskan mengapa politik dunia ke depan akan sangat dipengaruhi oleh benturan antar peradaban. Pertama, perbedaan peradaban tidak hanya nyata, tetapi sangat mendasar. Selama berabad-abad perbedaan antarperadaban telah menimbulkan konflik paling keras dan paling lama. Kedua, dunia ini sudah semakin menyempit sehingga interaksi antara orang yang berbeda peradaban semakin meningkat. Ketiga, proses modernisasi ekonomi dan perubahan sosial diseluruh dunia telah mengakibatkan tercerabutnya masyarakat dari akar-akar identitas-identitas lokal yang telah berlangsung lama. Kecenderungan ini menyisakan ruang kosong yang kemudian diisi oleh identitas agama, seringkali dalam gerakan berlabelkan “fundamentalisme”.  Keempat, dominasi peran Barat menimbulkan reaksi de-westernisasi di dunia non-Barat. Kelima, perbedaan budaya kurang bisa menyatukan, dibanding perbedaan politik dan ekonomi. Kelima, kesadaran peradaban bukan reason d’etre utama terbentuknya regionalisme politik atau ekonomi (Huntington, 2009:ix-x).              Dari premis-premis itu, sebelum sampai pada kesimpulan bahwa dari fakta-fakta di atas secara otomatis akan menciptakan jurang perbedaan di antara peradaban-peradaban, Huntington melakukan dua hal; pertama, memetakan muara kultural, kecenderungan dan dinamika internal peradaban-peradaban, yaitu : Barat, Cina/Konfusius, Jepang, Islam, Hindu, Slavik/Ortodoks, Amerika Latin, dan Afrika. Premis di atas berimplikasi pada semakin lebarnya perbedaan antar peradaban yang akan semakin menyulitkan kompromi antar peradaban itu untuk sampai pada saling pengertian. Maka, ujung-ujungnya akan terjadi benturan antar peradaban. Namun pertanyaan kemudian, peradaban mana, vis a vis mana yang nantinya akan saling berbenturan? Ia menjawab pertanyan ini pada langkah kedua, meramalkan bahwa potensi konflik yang akan mendominasi dunia masa mendatang bukan diantara kedelapan peradaban tersebut, tetapi antar Barat dan peradaban lainnya. Sedangkan potensi konflik paling besar terjadi adalah antara Barat dan koalisi Islam-Konfusius (Huntington, 2009:x).                                                                                                      Selanjutnya , Huntington menguraikan beberapa faktor yang telah dan akan meningkatkan panasnya konflik antara Islam dan Barat. Di antaranya ialah sebagai berikut. Pertama, pertumbuhan penduduk Muslim yang cepat telah memunculkan pengangguran dalam jumlah besar, sehingga menimbulkan ketidakpuasan di kalangan kaum muda Muslim. Kedua, kebangkitan Islam (Islamic resurgence) telah memberikan keyakinan baru kepada kaum Muslim akan keistimewaan dan ketinggian nilai dan peradaban Islam dibandingkan nilai dan peradaban Barat. Ketiga, secara bersamaan, Barat berusaha mengglobalkan nilai dan institusinya, untuk menjaga superioritas militer dan ekonominya, dan turut campur dalam konflik di dunia Muslim. Hal ini telah memicu kemarahan di antara kaum Muslim. Keempat, runtuhnya komunisme telah menggeser musuh bersama di antara Islam dan Barat, dan keduanya merasa sebagai ancaman utama bagi yang lain. Kelima, meningkatnya interaksi antara Muslim dan Barat telah mendorong perasaan baru pada tiap-tiap pihak akan identitas mereka sendiri, dan bahwa mereka berbeda dengan yang lain. (Huntington, The Clash of Civilization, hlm. 211-212).
C.  Kesimpulan                                                                                                            Dalam bukunya Huntington menuliskan rasa kekhawatiran dan ketakutannya yang berlebihan terhadap Islam, dalam penjelasannya yang sarat dengan indikasi muatan politis dan provokatif sehingga menurut penulis, beliau mengidap penyakit paranoid islamphobia. Dari buku yang diterbitkannya menjadi referensi utama bagi kebijakan politik Amerika (Barat) dalam menghegemoni negara-negara Timur   (baca : Islam). Tidak hanya itu, Islam semakin tersudut dengan berbagai cap yang dilontarkan Amerika (Barat) terhadap Islam, mulai dari cap fundamentalis sampai teroris. Tentunya berbagai cap itu terselubung kepentingan tingkat tinggi (high interest) untuk membuat semakin terpojoknya Islam sehingga mudah untuk dijinakkan, lagi-lagi demi kepentingan globalnya. Di sini tampak bahwa ancaman Islam secara fisik telah dimitoskan oleh para ilmuwan garis keras, seperti Huntington, sehingga gejala paranoid terhadap Islam dan kaum Muslimin tampak dalam berbagai kebijakan negara-negara Barat. Sikap islamofobia merebak dengan mudah di kalangan masyarakat Barat, pasca peristiwa 11 September 2001 hingga saat ini.  
D.  Daftar Pustaka
Ismail, M. Sadat, Benturan AntarPeradaban dan Masa Depan Politik Dunia (The Clash of Civilizations and the Remaking of World Order By. Samuel P. Huntington). Jakarta : Qalam, 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar