Kamis, 02 Januari 2014

METODE ANALISIS KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN PENDIDIKAN



MAKALAH
METODE ANALISIS KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN PENDIDIKAN
Oleh : Ilhamdi
A.  Pendahuluan
Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewarisi nilai yang menjadi penolong dan penentu umat manusia dalam menjalani kehidupan, untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan, manusia Indonesia tidak akan mampu dan sanggup untuk bersaing dengan manusia lainnya. Namun pendidikan yang berkualitas tidaklah lahir dengan sendirinya, diperlukan sebuah regulasi sistem atau kebijakan yang mengatur tentang pendidikan tersebut. Lahirnya UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan bagian upaya dari kebijakan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di era modern ini. Undang-undang ini memang telah lebih komprehensif dan jelas menyatakan tentang standarisasi pendidikan dan peningkatan mutu.
Dengan undang-undang ini kebijakan pendidikan berubah, yang tadinya otoritas penyelenggaraan pendidikan berada di tangan pemerintah pusat, sekarang otoritas tersebut berada di tangan pemerintah daerah. Permasalahan pendidikan yang dihadapi Pemerintah Indonesia memang sangat kompleks. Selain menyediakan pendidikan bagi penduduk usia belajar yang jumlahnya begitu besar, kita menghadapi perubahan dan perkembangan teknologi dan informasi yang begitu deras, yang tidak diimbangi peningkatan mutu sumber daya pembelajaran, termasuk dalam hal peningkatan mutu guru, kurikulum, alat pembelajaran, dan lainnya.
Ketertinggalan dalam hal mutu sumber daya pembelajaran ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah. Melihat kompleksnya isu pendidikan yang dihadapi pada Abad- 21 ini dan yang sedang dihadapi Indonesia saat ini, diperlukan analisis terhadap sistem dan kebijakan beserta perencanaan pendidikan. Kebijakan dan perencanaan pemerintah dalam pendidikan yang perlu dianalisis adalah kebijakan dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan menteri, serta keputusan direktur jenderal. Banyak permasalahan pendidikan yang dapat diidentifikasi dari masalah yang disebabkan oleh kebijakan pendidikan yang ada, termasuk isu-isu pendidikan yang berkembang.
Namun untuk dapat melakukan analisis dari sebuah kebijakan seorang analis dituntut harus menguasai metode analisis sehingga analisa yang dilakukan memiliki akuntabilitas melalui data atau informasi yang disajikan.  Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang metode analisis kebijakan dan perencanaan pendidikan melalui pendekatan: 1) makro dan mikro, 2) perbedaan perencanaan dan analisis kebijakan pendidikan, 3) jenis perencanaan pendidikan, 4) jenis-jenis metode analisis kebijakan dan perencanaan, 5) prinsip-prinsip praktis bagi pemula analis kebijakan, 6) prosedur analisis kebijakan, 7) teknik analisis kebijakan, dan 8) teknik perencanaan.
B.  Pembahasan
Menurut Patton dan Sawicki (1986) sebagaimana dikutip oleh Nanang Fattah[1]  dari sejumlah literatur ditemukan bahwa analis kebijakan fokus utamanya pada masalah-masalah di tingkat pemerintah pusat, sedangkan perencana fokus utamanya pada masalah tingkat provinsi atau pemerintah daerah. Pemerintah daerah mengadopsi kebijakan dan pemerintah pusat sering membuat rencana. Ada yang berpendapat bahwa analisis kebijakan lebih luas dan abstrak membutuhkan lebih banyak informasi dan analisis, lebih banyak cabangnya daripada perencanaan. Namun, sebagian berpendapat sebaliknya. Oleh karena itu, perbedaan ini tidak terlalu penting, karena baik analis kebijakan maupun perencana menggunakan metode dasar dan metode riset.
1.         Pendekatan Makro dan Mikro Analisis Kebijakan dan Perencanaan
Ilmu analisis kebijakan merupakan ilmu terapan (applied science) dan multidisiplin termasuk ilmu ekonomi. Jika selama ini kita hanya mengenal kedua istilah tersebut dalam kajian bidang ekonomi saja. Misalkan ekonomi makro hanya menitikberatkan pada agregasi dari unit-unit ekonomi, terutama perekonomian nasional, sedangkan ekonomi mikro menitikberatkan pada konsumen, perusahaan-perusahaan, dan industri-industri secara individual. Dalam metode analisis kebijakan dan perencanaan pendidikan dapat dilakukan melalui pendekatan secara makro maupun mikro
Sedangkan menurut Nanang Fattah (2000) perencanaan secara makro adalah perencanaan yang menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh, tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara mencapai tujuan itu pada tingkat nasional. Sedangkan perencanaan mikro sebagai perencanaan pada tingkat institusional dan merupakan penjabaran dari perencanaan tingkat makro.[2]
Banyak perbedaan antara analisis kebijakan dan perencanaan. Analisis kebijakan  lebih menekankan pada masalah makro, seperti masalah pemerintah pusat, sedangkan untuk perencanaan lebih cenderung pada masalah daerah. Meskipun demikian sering pemerintah pusat mengadopsi analisis kebijakan dari perencanaan daerah.
2.         Perbedaan Perencanaan dan Analisis Kebijakan Pendidikan
Untuk memahami secara jelas antara perencanaan dan analisis kebijakan masing-masing karakteristiknya dapat disusun sebagai berikut.
Perencanaan yang komprehensif meliputi:
1.    Fase inventori biasanya untuk pengumpulan data dari geografi dan lingkungan, pada infrastruktur, karakteristik demografi, dan ekonomi dari penduduk.
2.    Mencari alternatif solusi, yang digambarkan secara lengkap, tetapi kenyataannya sangat terpaksa, menghapus alternatif penting sebelum disajikan pada klien.
3.    Persiapan rencana.
4.    Klien umum “kepentingan publik”.
5.    Berorientasi pada persoalan pokok, sebagai kebalikan dari orientasi pada masalah dan cakupannya (seperti: transportasi, versus kemacetan di pelosok kota).
6.    Waktunya agak panjang (biasanya 10 tahun yang lalu).
7.    Menggunakan pendekatan politik dalam proses implementasinya.
Sebaliknya analisis kebijakan memiliki karakteristik serupa, yaitu:
1.    Fase inventori atau fase pencarian, yang terbatas cakupannya dan ditujukan pada isu permasalahan tertentu.
2.    Mencari alternatif, yang kemudian biasanya dievalusi dan diberikan kepada klien.
3.    Mempersiapkan memorandum (peringatan), dokumen  masalah, dokumen kebijakan, atau draf perundang-undangan.
4.    Klien khusus, pimpinan eksekutif, pegawai pemerintah, kelompok kepentingan publik, tetangga, atau bank, kemungkinan memiliki pandangan tertentu terhadap masalah.
5.    Orientasi pada isu atau masalah, yang tergambarkan alternatifnya sebagai sikap reaktif.
6.    Horison waktu sering disetujui oleh pejabat terpilih atau belum pasti terpilih.
7.    Pendekatan politik untuk mencapai tujuan.   




 
1.     Bagian besar dari proses perencanaan kebijakan
2.     Paradigma kerja khusus untuk single klien
3.     Menggunakan metode dasar lebih reaktif
4.     Menetapkan masalah dan alternatif solusinya
Masalah Mikro
Pengembangan perencanaan
1.     Menekankan pada penggunaan sumber daya jangka panjang dan lebih terkonsentrasi pada kepentingan publik yang lebih besar
2.     Metode yang digunakan metode riset
Masalah Makro
Analisis Kebijakan
Perencanaan









(Sumber: Nanang Fattah diapdosi dari Patton dan Sawicki, 1986)
Gambar Hubungan Perencanaan dan Analisis Kebijakan 
Proses perencanaan yang komprehensif biasanya menggunakan metode riset dan proses analisis kebijakan dengan metode dasar, meskipun perlu beberapa penjelasan tambahan.
Pertama, analisis kebijakan pada dasarnya adalah hanya bagian besar dari proses perencanaan kebijakan, dan analisis sendiri menguraikan masalah kebijakan menjadi bagian-bagian, memahami dan mengembangkan rencana tentang apa yang akan dikerjakan.
Kedua, dua uraian analisis menyatakan bahwa analisis kebijakan lebih reaktif daripada perencanaan, yang selalu terjadi ketika seseorang menetapkan masalah atau mengajukan solusinya.
Ketiga, perencanaan dilakukan karena berkaitan dengan penggunaan sumber-sumber yang sesuai dalam jangka panjang dan berhubungan dengan kepentingan publik yang luas.
Perencanaan dipandang sebagai proses yang didesain untuk memengaruhi peristiwa di masa depan menurut cara yang diinginkan melalui tindakan sekarang. Hal ini ditujukan untuk mencapai keadaan masa depan yang diinginkan. Perencanaan bukan hanya sekedar kegiatan, tetapi merupakan sikap atau cara berpikir. Perencanaan melibatkan proses, tetapi yang lebih penting, karena perencanaan merupakan orientasi untuk mencapai masa depan yang menyerap semua pembuatan keputusan.[3]
3.         Jenis Perencanaan Pendidikan
Nanang Fattah (2000) dan Djam’an Satori (2000) mengemukakan tentang berbagai jenis bentuk perencanaan, yaitu:[4]
a.    Top-Down Planning
Perencanaan ini dibuat di tingkat atas kemudian disampaikan di tingkat menengah dan di tingkat bawah, perencanaan ini berbasis makro atau tingkat nasional.
b.    Bottom-Up Planning
Perencanaan jenis ini dibuat di tingkat bawah kemudian disampaikan perencanaan di tingkat yang lebih tinggi, perencanaan ini berbasis mikro yaitu perencanaan yang dilakukan pada tingkat UPT atau pada tingkat kabupaten/kota.
c.    Diagonal-Horizontal Planning
Perencanaan jenis ini biasanya dilaksanakan pada waktu penyusunan perencanaan lintas sektoral, dilakukan oleh top level manajer yang membicarakan kebijakan makro.
d.    Rolling-Plan
Perencanaan menggelinding dilakukan terhadap perencanaan jangka menengah atau jangka panjang. Hal ini dilakukan setelah adanya pembahasan menjadi perencanaan tahunan.
e.    Kolaborasi Planning
Perencanaan jenis ini menggabungkan dua jenis model perencanaan yaitu Top-Down Planning dan Bottom-Up Planning. Perencanaan model ini dipakai oleh pemerintah Indonesia seperti dalam pelaksanaan Rakor, Rakerda dan Rakernas. Dalam jenis perencanaan ini dilakukan penentuan sasaran prioritas yang disesuaikan dengan kemampuan penyedian anggaran.
f.     Dilihat dari posisi pengembangan kelembagaan, perencanaan dapat dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu Perencanaan Strategis (Strategic Planning) dan Perencanaan Operasional (Operational Planning).



4.         Jenis-Jenis Metode Analisis Kebijakan dan Perencanaan
Dalam melakukan analisis kebijakan dan perencanaan ada dua model metode yang bisa dipergunakan. Kedua model metode tesebut yaitu model rasional (rasional model) dan model dasar (basic model).
a.    Model Rasional (Rasional Model)
1.     Definisi Masalah
2. Membuat Kriteria Evaluasi
6. Implementasi Kebijakan yang disukai
Model rasional ini merupakan sebuah versi yang diawali dengan adanya definisi masalah yang melandasi adanya identifikasi dan evaluasi alternatif dan diikuti dengan implementasi kebijakan. Langkah-langkah model ini dapat dilihat seperti pada gambar di berikut ini.


4. Evaluasi Kebijakan Alternatif
5. Memilih Kebijakan yang disukai
3. Identifikasi Kebijakan Alternatif
 



(Sumber: Nanang Fattah diadopsi dari Patton dan Sawicki, 1986)
Gambar Model Rasional (dari Patton dan Sawicki, 1986)
Model rasional atau disebut analisis berdasarkan riset (research analysis) berusaha mencari kebenaran di belakang masalah dan tidak atas dasar intuisi dan bahkan menentang solusi masalah berdasarkan intuisi.
b.    Model Dasar (Basic Model)
Model dasar lebih praktis yang memiliki ciri bahwa para klien memahami dan mengerti logikanya sehingga hasilnya dapat dirumuskan menjadi kebijakan yang baik. Dengan model dasar ini terjadi saling pengaruh di antara para analisis sendiri, proses interaksi dengan klien dan sarana komunikasi yang digunakan untuk sampai pada hasil analisis.
Model ini lebih pada keahlian (craft) dibandingkan sebagai ilmu. Keberhasilan dari model ini diukur oleh mutu debat publik dan kemanjuran dari kebijakan yang diambil. Oleh karena itu, model dasar  harus responsif terhadap masalah kebijakan.
Model dasar kebijakan sebagaimana tergambar dalam bagan dimulai dari verifikasi definisi perincian masalah, penentuan kriteria evaluasi, identifikasi kebijakan alternatif, evaluasi kebijakan alternatif, memilih alternatif kebijakan , memantau dampak kebijakan.
1.     Verifikasi, Definisi dan Perincian Masalah
2. Menentukan Kriteria Evaluasi
6. Memantau Dampak Kebijakan
3. Identifikasi Kebijakan Alternatif
5. Memilih Kebijakan yang disukai
4. Evaluasi Kebijakan Alternatif
 







                                                                                                                 
(Sumber: Nanang Fattah diadopsi dari Patton dan Sawicki, 1986)
Gambar Model Dasar Kebijakan
Selain kedua model tersebut dalam analisis kebijakan dan perencanaan dikenal juga metode croscutting. Menurut Patton dan Sawicki (1986) metode ini adalah metode singkat yang dapat digunakan pada setiap tahapan dalam proses analisis kebijakan. Tahapan tersebut, yaitu identifikasi masalah dan pengumpulan data, pelaksanaan wawancara khusus, persiapan pengolahan statistik, dan mengkomunikasikan hasil.
5.         Prinsip-Prinsip Praktis bagi Pemula Analis Kebijakan
Untuk menjadi seorang analis kebijakan ada beberap hal yang harus diperhatikan, terutama bagi seorang analis pemula, diantaranya ialah:
a.    Belajar untuk fokus terhadap masalah.
b.    Hindari pendekatan “tool box” dalam menganalisis kebijakan.
c.    Belajar untuk berhubungan dengan ketidakpastian.
d.   Berbicara dengan data (angka-angka), kemampuan melihat masalah didasarkan data, dan memiliki kemampuan matematis.
e.    Membuat analisis yang sederhana dan transparan.
f.     Periksa fakta, untuk menghindari kesalahan.
g.    Belajar untuk membantu pekerjaan yang lain, dan membantu melihat masalah dari prespektif lain.
h.    Berikan klien analisis bukan keputusan.
i.      Pandangan yang lebih luas. Analis harus mampu memperluas definisi maslah dan alternatif solusi.
j.      Menyadari bahwa tidak ada analisis yang sangat benar, rasional dan sempurna. Mutu analisis dianggap benar menurut konteks waktu dan sumber daya yang tersedia.
6.         Prosedur Analisis Kebijakan
Prosedur atau langkah-langkah dari proses analisis kebijakan menurut beberapa ahli dapat diuraikan sebagai berikut:
E. S Quade (dalam Patton dan Sawicki) menyebutkan lima unsur penting proses analisis kebijakan: 1) formulasi masalah, 2) pencarian alternatif-alternatif, 3) peramalan lingkungan untuk masa mendatang, 4) model-model pengaruh alternatif, dan 5) evaluasi (membandingkan dan mengurutkan alternatif). Sementara itu Macrae dan Wilde berpendapat bahwa setiap proses analisis dari beberapa unsur pokok, adalah sebagai berikut:
a.    Merumuskan masalah.
b.    Menentukan kriteria untuk membuat suatu pilihan atas alternatif-alternatif.
c.    Mengahasilkan serangkaian alternatif kebijakan.
d.   Memutuskan suatu tindakan yang menghasilkan pilihan kebijakan untuk diimplementasikan.
e.    Melakukan evaluasi atas pengaruh kebijakan yang telah dimplementasikan.
Stokey dan Zechauser merumuskan lima langkah proses yaitu: 1) menentukan masalah dan tujuan yang akan dicapai, 2) membuat alternatif tindakan yang mungkin, 3) prediksi dampak dari alternatif, 4) menentukan kriteria untuk mengukur pencapaian alternatif, dan 5) menyebutkan pilihan tindakan yang disukai.
Urban Institut mengemukan proses analisis kebijakan pada tingkat lokal dan pusat sebagai berikut:
a.    Merumuskan masalah.
b.    Mengidentifikasi tujuan yang relevan.
c.    Memilih kriteria evaluasi.
d.   Spesialisasi layanan kelompok.
e.    Mengidentifikasi alternatif-alternatif.
f.     Memperkirakan biaya dari setiap alternatif yang ada.
g.    Menetapkan tingkat efektivitas dari setiap alternatif.
h.    Membuat kesimpulan dan menetapkan keputusan.
7.         Teknik Analisis Kebijakan
Dalam melakukan analisis kebijakan seorang analis haruslah mengetahui teknik-teknik analisis kebijakan tersebut. Setidaknya ada dua teknik, yaitu:
a.    Teknik Analisis Dasar
Sejumlah teknik analisis data dasar memerlukan teknik yang cepat dan dapat digunakan untuk menemukan arti dari sekumpulan data serta sama pentingnya teknik itu dapat mengantarkan data kepada klien.
b.    Teknik Analisis Data
Teknik analisis data mencangkup, yaitu: 1) teknik grafik, 2) tabel, 3) peta, 4) fungsi pelaporan hasil analisis kebijakan. Untuk lebih jelasnya akan dibahas secara rinci sebagaimana berikut.
1.      Teknik grafik
Teknik grafik merupakan bagian yang dari analisis data. Tampilan visual informasi numerik dapat memberikan lebih banyak wawasan dibandingkan dengan ringkasan tabulasi data numerik bagi analisis dan klien. Menurut Altman ada lima ciri dasar sebagai perbandingan grafik, yaitu: 1) komponen atau proporsi (ukuran) dari topik yang diteliti, 2) nomor item atau selisihnya, 3) distribusi frekuensi, 4) korelasi di antara variabel, dan 5) time-series atau tren data item.
Ada empat langkah persiapan grafik yang baik, yaitu: 1) perumusan hipotesis atau teori tentang data apa yang harus dimunculkan, 2) memilih pengukuran, 3) mengembangkan tampilan (lay out), dan 4) menggambar atau memasukan data dan melengkapi grafik, dengan judul skala, tanggal, sumber, dan catatan penjelasan.
2.      Tabel
Teknik dasar dan penting dalam menganalisis data adalah menggunakan tabel. Empat langkah dalam membuat grafik tadi sama dengan membuat tabel. Berikut ini enam langkah dalam membuat tabel yaitu: 1) setiap tabel harus memiliki judul, 2) bagi data ke dalam kategori yang terpisah dari yang lain dan mendalam, 3) gunakan pembagian secara lurus dan sejajar, 4) menyusun nilai varibel dari yang terendah hingga yang tertinggi, dari kiri ke kanan, dan dari bawah ke atas, 5) laporkan nilai-nilai yang tidak lengkap dan respons kekurangan karena tidak akan bisa digunakan, dan 6) tuliskan sumber-sumber.
3.      Peta
Peta memiliki potensi analsis yang besar ketika isu kebijakan memiliki dimensi ruang/tempat. Menggunakan peta adalah untuk memotret karakteristik individu atau unit secara global. Teknik ini sangat berguna khususnya ketika mengevaluasi kebijakan yang melibatkan perubahan fisik, gangguan bangunan, potensi banjir, dan lain sebagainya.
4.      Fungsi Pelaporan Hasil Analisis Kebijakan
Brinkerhoff (dalam Worthen dan Sanders, 1987) menjelaskan sembilan fungsi kegunaan lainnya dari pelaporan, yaitu: 1) untuk menunjukan akuntabilitas program, 2) untuk meyakinkan, 3) untuk mendidik, 4) untuk eksplorasi dan investigasi, 5) untuk mendokumentasikan, 6) untuk berpartisifasi, 7) untuk memperoleh dukungan, 8) untuk meningkatkan pemahaman, dan 9) untuk meningkatkan hubungan dengan publik.
8.    Teknik-Teknik Perencanaan
Teknik-teknik perencanaan tersebut antara lain sebagai berikut:
a.       Teknik Diagram Balok (Bar Chart)
Teknik diagram balok (bar chart) sering disebut Gannt (gannt chart) karena diagram ini memberikan gambaran tentang: 1) kegiatan terperinci dari suatu proyek, 2) waktu memulai setiap kegiatan, 3) lamanya kegiatan tersebut.
Dalam diagram balok ini terdapat dua macam sumbu, yaitu absis dan ordinat atau dua dimensi, yaitu vertikal dan horizontal. Dimensi vertikal menunjukan tugas atau perincian tugas yang harus dikerjakan, sedangkan dimensi horizontal menunjukan waktu mulai dari yang ditentukan.  
Beberapa hal yang dipandang sebagai kelemahan dari diagram ini, antara lain sebagai berikut:
1.      Hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya tidak tergambarkan atau hubungan tidak ditunjukan.
2.      Tidak dapat diidentifikasi, kegiatan mana yang merupakan kegiatan kritis (kegiatan yang tidak bisa ditunda).
3.      Oleh karena itu, proyek besar yang memerlukan kontrol waktu secara ketat, koordinasi dan analisis biaya yang cermat, tidak menguntungkan apabila menggunakan teknik ini.
b.      Diagram Milestone
Diagram Milestone disebut juga diagram struktur perincian kerja. Diagram ini menggambarkan unsur-unsur suatu proyek dengan keterkaitannya secara fungsional. Struktur ini dibuat berdasarkan pemecahan struktur proyek yang disusun secara hierarkis. Apabila proyek secara keseluruhan dianggap sebagai sistem, maka proyek itu dipecah-pecah menjadi bagian-bagian sistem (subsistem).
c.       PERT dan CPM (Nettwork Planning)
PERT (Program Evaluation and Review Technique), yaitu teknik penilaian dan peninjauan program. CPM (Critical Path Method), yaitu metode jalur kritis. Menurut     
Richard (1980) PERT diartikan sebagai teknik manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan proyek-proyek yang bersifat nonrepititeve (tak berulang). Disamping itu PERT sebagai teknik manajemen bertujuan untuk sebanyak mungkin mengurangi adanya penundaan, gangguan, mengoordinasikan, menyingkronisasikan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan, sedangkan menurut Jerry G. Gallack (dalam Nanang Fattah, 2000), PERT membantu manajer dalam memecahkan masalah yang bersifat realistis dan menjadi alat yang sangat penting dalam membuat keputusan. PERT dapat digunakan hampir dalam segala kegiatan, mulai dari memformulasikan rencana sampai pada evaluasi dari implementasi suatu rencana. Sedangkan CPM merupakan suatu teknik perencanaan yang dipergunakan dalam proyek mempunyai data biaya.
Sebagai suatu teknik perencanaan, PERT dan CPM menggunakan prinsip pembentukan jaringan kerja (network planning) yang merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan proyek. Cara ini penting digunakan bagi bidang teknik, produksi, administrasi, dan penelitian terutama yang tidak merupakan rangkaian kegiatan rutin.
Salah satu tujuan ingin yang dicapai dengan menggunakan jaringan kerja PERT adalah untuk menentukan waktu dan membuat penjadwalan penyelesaian proyek. Untuk menentukan jadwal ini terdapat 4 macam, yaitu:
1.      Waktu tercepat, yaitu waktu yang paling optimis diperkirakan semua berjalan baik sesuai dengan rencana (tanpa hambatan).
2.      Waktu terpanjang, yaitu waktu yang paling pesismis, diperkirakan terdapat kekeliruan (hambatan).
3.      Waktu yang paling mungkin, yaitu yang ada diantara kedua ekstrem di atas waktu normal.
4.      Waktu longgar (slacks), yaitu waktu penundaan suatu kegiatan.
Kesimpulan dari penjelasan di atas, adalah bahwa teknik-teknik yang bisa digunakan dalam perncanaan pendidikan antara lain; Diagram Batang (bar chart),  Diagram Milestone (perincian kerja). Diagram batang, dilakukan dengan membuat kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan penentuan waktu kegiatan, sedangkan diagram Milestone, perencana dapat menjabarkan kegiatan yang besar menjadi kegiatan yang lebih terperinci. Model PERT/ CPM, perencana selain mengidentifikasi berbagai kegiatan (activity), juga menentukan sumber daya, seperti waktu, biaya, dan tenaga yang gunakan untuk pelaksanaan proyek.
C.  Penutup
Untuk melakukan control dan evaluasi pada implementasi suatu kebijakan, terutama kebijakan dibidang pendidikan, perlu dilakukan analisis dengan tujuan agar kebijakan yang diterapkan betul-betul berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Namun dalam melakukan analisis seorang analis, haruslah menguasai dan memahami berbagai teknik, metode ataupun model analisis sehingga analisis yang dihasilkan terhindar dari subjektifitas, dengan demikian benar-benar objektif hasil analisis yang dilakukan.
Adapun teknik, metode atau model analisis antara lain, metode dasar, metode riset, yang menggunakan pendekatan makro dan mikro, model rasional, model dasar, sedangkan teknik analisis kebijakan, yaitu; teknik analisis dasar dan teknik analisis data. Kemudian dalam perencanaan digunakan teknik diagram batang (bar chart),  teknik diagram milestone (perincian kerja).
Teknik diagram batang, dilakukan dengan membuat kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dan penentuan waktu kegiatan, sedangkan diagram milestone, perencana dapat menjabarkan kegiatan yang besar menjadi kegiatan yang lebih terperinci. Model PERT/ CPM, perencana selain mengidentifikasi berbagai kegiatan (activity), juga menentukan sumber daya, seperti waktu, biaya, dan tenaga yang gunakan untuk pelaksanaan proyek.















DAFTAR PUSTAKA
Fattah , Nanang. 2013.  Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.




[1] Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), cet. II,   hlm. 163
[2] Ibid., hlm. 165
[3] Razik dan Swanson 1995 dalam Nanang Fattah, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), cet. II, hlm. 168
[4] Ibid,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar