Kamis, 02 Januari 2014

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK; “Inovasi Pembelajaran PAI Aspek Aqidah Iman Kepada Qadha Dan Qadar Kelas Ix SMP Negeri 2 Sintang Melalui Model Pembelajaran Three in One Berbasis ICT”



IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK;
“Inovasi Pembelajaran PAI Aspek Aqidah Iman Kepada Qadha Dan Qadar Kelas Ix SMP Negeri 2 Sintang Melalui Model Pembelajaran Three in One Berbasis ICT
Oleh: Ilhamdi

A.      Pendahuluan
Allah SWT menciptakan manusia dari segumpal darah (QS. Al–’Alaq : 2), lalu menyempurnakan bentuknya menjadi jasmani yang dilengkapi dengan unsur rohani. Kemudian Allah SWT memuliakan manusia dengan mengajarinya membaca dan menulis, sehingga mempunyai pengetahuan. Untuk mendapatkan pengetahuan tersebut manusia harus melalui suatu proses yaitu pendidikan.
Pendidikan mengambil peran penting dan strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, karena pada pendidikanlah tergantung nasib dan masa  depan bangsa. Manusia tidak hanya terdiri dari intelektualitasnya saja, maka pendidikan yang baik tidak hanya menekankan keunggulan dan perkembangan intelektualitas semata-mata tetapi  pendidikan juga harus membantu peserta didik untuk membina dan  mengembangkan potensi diri.
 Pada hakekatnya tugas pendidik adalah mempersiapkan generasi anak-anak bangsa agar mampu menjalani kehidupan dengan sebaiknya-baiknya di kemudian hari sebagai khalifah Allah di bumi. Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya mengembangkan potensi (fithrah) sebagai anugerah Allah yang tersimpan dalam diri anak, baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniyah, melalui pembelajaran sejumlah pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman yang berguna bagi hidupnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami revolusi yang sangat cepat, hal ini berdampak signifikan terhadap kemajuan pola pikir masyarakat secara makro. Dalam bidang pendidikan, perubahan-perubahan ini telah memberikan pengalaman baru sekaligus merupakan tantangan bagi para praktisi untuk memanfaatkan perubahan tersebut menjadi salah satu modal penting penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien dan efektif. Dalam hal ini, pendekatan teknologi (saintifik) menjadi bagian yang penting dan tidak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran.[1]
Kehadiran teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Hal ini di lihat bahwa penemuan teknologi dari para ilmuan yang jenius berawal dari tujuan untuk memudahkan aktivitas manusia, seperti satelit komunikasi[2]  Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.
Dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada pasal 3  tentang fungsi dan tujuan , menyatakan:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[3]
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Perubahan kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang dihasilkan melalui model pendekatan bottom up approach. Sedangkan kurikulum 2013 yang merupakan hasil dari perubahan kurikulum 2006, merupakan kurikulum yang dihasilkan melalui model pendekatan top down approach yang berbasis saintifik.
Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada saintifik sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis saintifik merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendekatan saintifik diperlukan dalam rangka membantu proses pembelajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menjadi manusia yang berpengetahuan dan berbudi luhur. Di samping itu, kegiatan pembelajaran bertujuan sebagai wahana pelestarian nilai-nilai dan kebudayaan, sehingga setiap individu berkewajiban untuk dapat berperan aktif dalam transformasi nilai demi kemajuan bangsa dan negara. Oleh karenanya, untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta berkualitas, salah satu unsur utama adalah keberadaan guru yang berkualitas pula. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional seperti yang tersirat dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Seorang guru, di dalam melaksanakan kompetensi pedagogik dituntut untuk memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Termasuk di dalamnya penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran disadari akan sangat membantu aktivitas pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, tidak bisa dipungkiri, bahwa di dalam implementasinya, tidak banyak guru yang mampu merancang, mencipta atau mempergunakan media pembelajaran secara optimal.
Disisi lain, keterbatasan alat-alat teknologi juga menjadi penyebab kurang maksi- malnya usaha guru dalam memanfaatkan keberadaan media pembelajaran. Peran saintifik (teknologi informasi) semakin penting, karena memasuki era informasi (information age), di mana informasi memiliki peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan. Siapa yang menguasai informasi maka ia yang memiliki peluang lebih dibandingkan dengan yang tidak memiliki. 
B.       Pembahasan
Pendidikan agama Islam yang merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada sekolah, mulai dari tingkat dasar (SD dan SMP) hingga sampai tingkat menengah (SMA dan SMK), memegang peranan yang sangat urgen untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional seperti yang diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Akan tetapi pada kenyataannya, berdasarkan pengamatan sebagian besar guru pendidikan agama Islam (PAI), mata pelajaran PAI tersebut kurang diminati oleh para siswa. Mereka kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan kurang tekun dalam mengerjakan tugas. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya minat siswa dalam belajar, antara lain dari faktor guru itu sendiri, misalkan dalam kegiatan proses pembelajaran, pendekatan, strategi, metode atau model pembelajaran masih bersifat konvensional, pembelajaran cenderung terfokus kepada guru (Teacher Centered). Padahal baik dan buruknya metode pembelajaran yang dipergunakan, sangat dipengaruhi oleh individunya atau the man behind the gun, diantara unsur penunjangnya yaitu guru yang berkualitas dan memiliki integritas yang kuat terhadap tugas dan fungsinya.
Kehadiran kurikulum 2013 yang berbasis saintifik, disikapi secara beragam per- sepsi oleh semua kalangan khususnya insan pendidikan, kepala sekolah, guru, siswa, orangtua siswa, komite dan stakholder lainnya, mulai dari kota besar hingga ke pedalaman diseluruh penjuru negeri ini. Ada yang menyikapinya dengan persepsi positif (pro), namun sebaliknya ada juga kalangan yang menyikapinya dengan persepsi negatif (kontra).
Perubahan kurikulum ini akan membawa implikasi yang positif maupun negatif dalam materi pelajaran dan dalam proses pembelajaran di kelas oleh guru. Penulis yang merupakan salah satu guru pendidikan agama Islam (GPAI) di SMP 2 Negeri 2 Sintang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat,dalam menyikapi perubahan kurikulum pendidikan ini memberikan 2 catatan.
Pertama, penulis memandang perlu mengapresisasi dan menyambut baik akan kehadiran kurikulum 2013 berbasis saintifik, ini merupakan hasil ikhtiar dan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di era modern. Dengan dan diimple- mentasikannya kurikulum 2013, penulis berharap semua guru-guru PAI dapat memberi- kan respon positif, karena selama ini mata pelajaran PAI hanya dianggap sebagai pelengkap dari pelajaran-pelajaran yang lainnya. Demikian juga dengan posisi dan reputasi guru PAI dipandang dan dinilai hanya sebagai tenaga pendidi kelas II (terpinggirkan) yang hanya bisa melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode konvesional (ceramah melulu).
Jauh sebelum pemerintah mencanangkan kurikulum 2013 yang berbasis saintifik, yang diinternalisasikan melalui kegiatan pembelajaran, penulis telah sering melakukan proses pembelajaran PAI dengan menggunakan pendekatan ICT. karena secara fasilitas sarana dan prasarana sangatlah menunjang di sekolah tempat bertugas.
Berdasarkan hasil penelitian (PTK) penulis tahun 2011 dan tahun 2012 tentang model pembelajaran pendidikan agama Islam Berbasis Sains di SMP 2 Negeri Sintang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat (tempat tugas penulis) disimpulkan bahwa pola pengajaran yang cocok adalah pola pengajaran non konvensional, artinya pola pengajaran yang banyak melibatkan siswa untuk aktif dan berinteraksi dengan materi dan lingkungannya.
Materi yang sesuai adalah materi yang tidak hanya terbatas dogmatis, tetapi materi agama yang mengandung unsur-unsur sains yang dapat memenuhi kepuasan intelektual siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Di samping itu bahasa-bahasa yang digunakan juga bahasa-bahasa yang dapat ditangkap oleh siswa secara ilmiah, bukan hanya bahasa-bahasa yang bersifat dogmatis.
Sarana dan prasarana pendukung pengajaran PAI Berbasis Sains, seperti laptop, LCD/proyektor, soundsystem, alat peraga, laboratorium dan media pengajaran yang memang penting dalam mempermudah siswa dalam proses belajar mengajar dan lebih mudah dalam memberikan pemahaman dan keyakinan kepada siswa. Sehingga alat-alat ini dapat membantu siswa pada pencapaian penghayatan nilai-nilai agama secara afektif.
Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada kepala SMP Negeri 2 Sintang, Dinas Pendidikan (Bidang Dikmenti), Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sintang khususnya bagian pembinaan Madrasah dan Pendidikan Agama (Mapenda) supaya memberikan pembinaan secara intensif kepada guru-guru PAI dalam pengembangan mutu pembelajaran agama Islam berbasis sains, melalui pelatihan, penataran, workshop, dan lokakarya bagi guru-guru SD, SMP, SMA dan SMK, baik ditingkat lokal maupun nasional dalam rangka mensosialisasikan ilmu pengetahuan, Iman dan Taqwa.
Kedua. Dengan diimplementasikannya kurikulum 2013 yang berbasis saintifik, penulis memberikan kritik, diantaranya:
a.       Bahwa kurikulum ini sangatlah memberatkan bagi guru-guru PAI yang belum mahir menguasai teknologi (laptop dan perangkat lainnya).
b.      Guru-guru PAI yang bertugas di pedalaman yang minim sarana dan prasana akan kesulitan untuk mengimplementasikan kurikukulum 2013.
c.       Dikhawatirkan nilai-nilai PAI yang esensial dan fundamental tidak akan ter- sampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran.
d.      Tidak semua materi PAI dapat menggunakan pendekatan saintifik.
e.       Kurikulum ini akan menjadi beban dan hambatan bagi sekolah yang minim fasilitas, sehingga akan berimplikasi pada kriteria penilaian mutu sekolah tersebut.
C.      Multimedia Interaktif, e-learning, dan Virtual Classroom
Penerapan kurikulum 2013 yang berbasis saintifik sudah menjadi sebuah kenis- cayaan dalam pembelajaran tidak bisa ditunda atau dihindari oleh guru, tanpa terkecuali guru pendidikan agama Islam. Dewasa ini tingkat literasi guru PAI dan peserta didik dalam TIK semakin tinggi, bahkan banyak yang telah mencapai tingkatan literasi TIK yang menjadikan mereka mampu mengajar/belajar PAI dengan menggunakan pendekatan TIK. Literasi guru PAI dan peserta didik dalam TIK yang tinggi tersebut perlu dimanfaatkan untuk pembelajaran. Bentuk-bentuk pembelajaran yang dimaksud antara lain berupa pembelajaran dengan multi-media pembelajaran interaktif, e-learning, dan virtual classroom.
Untuk melihat dan menilai kemampuan guru pendidikan agama Islam dalam dalam merancang pembelajaran PAI dengan pendekatan saintifik/TIK Ditjen PAIS Kemenag pusat menyelenggarakan suatu ajang lomba kreasi model pembelajaran PAI SD, SMP, SMA dan SMK berbasis ICT tahun, 2009, 2010, dan 2011. Disela-sela kegia- tan lomba tersebut pihak Ditjen PAIS juga memfasilitasi pembelajaran PAI dengan multi-media pembelajaran interaktif, e-learning, dan virtual classroom tersebut. Direktorat PAIS Kemenag pusat telah mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif mata pelajaran PAI SD, SMP, SMA dan SMK.
D.      Inovasi Pembelajaran PAI berbasis saintifik
Sebagai seorang guru pendidikan agama Islam yang bertugas di sekolah dengan memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang cukup representatif dan memadai, penulis selalu berusaha untuk mengembangkan kemampuan dibidang IT, sehingga bisa merancang metode atau model pembelajaran PAI berbasis saintifik. Dengan diimplementasikannya kurikulum 2013 bukanlah merupakan suatu momok yang menakutkan bagi penulis, melainkan menjadi suatu tantangan bagi penulis dalam melaksanakan tugas, sehingga penulis terus berupaya bagaimana pembelajaran PAI bisa diminati bahkan bisa dijadikan pembelajaran yang dinanti-nantikan oleh peserta didik.
Salah satu contoh rancangan pembelajaran PAI kelas IX SMP Negeri 2 Sintang dengan pendekatan saintifik, adalah materi PAI aspek aqidah, Iman kepada Qadha dan Qadar melalui model pembelajaran Three in One berbasis ICT”.
Rancangan model pembelajaran ini penulis namakan demikian diawali dari suatu kajian dan penelitian dengan mengambil kesimpulan untuk mengkolaborasikan tiga jenis model pembelajaran yaitu Video Session, Poster Session dan Think Pair and Share, yang diberi nama Three in One(tiga dalam satu) berbasis ICT yang bercorak PAIKEM.
Model pembelajaran Video Session (membahas video) adalah sebagai media penyampai pesan, termasuk media audio-visual atau media pandang-dengar (Amien, S dan Lamere.2010). Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni; dan kedua, media audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie), televisi, dan video termasuk jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya yang diberi suara termasuk jenis yang kedua. Munadi dalam Amien, S dan Lamere (2010). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat, utamanya adalah gambar hidup bergerak, proses perekamannya, dan penayangannya tentunya melibatkan teknologi.
Langkah-langkah:
1.      Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok (4-6 orang perkelompok).
2.      Guru meminta  peserta didik untuk memilih dan menunjuk ketua kelompok.
3.      Mintalah setiap peserta didik menyaksikan tanyangan video dari materi pembelajaran atau yang sedang dipelajari.
4.      Mintalah peserta didik untuk mencatat materi pembelajaran  yang ditayangkan lewat video.
5.      Setelah video materi pembelajaran ditayangkan, mintalah peserta didik untuk membahas melalui diskusi kelompok masing-masing.
6.      Guru meminta ketua kelompok untuk membacakan hasil diskusi kelompok.
7.      Setelah masing-masing kelompok tampil membacakan hasil diskusi, Guru menambahkan penjelasan dan menyimpulkan materi pembelajaran.
Model pembelajaran Poster Session (Membahas Poster), metode presentasi alternatif ini merupakan sebuah cara yang tepat untuk menginformasikan kepada peserta didik secara cepat, menangkap imajinasi mereka, dan mengundang pertukaran ide di antara mereka. Setyosari dan Sihkabuden (2010). Teknik ini juga merupakan sebuah cara cerita dan grafik yang memungkinkan peserta didik mengekspresikan persepsi dan perasaan mereka tentang topik yang sekarang sedang dibahas.
Langkah-langkah:
1.    Guru membagi peserta didik dalam beberapa kelompok (4-6 orang perkelompok).
2.    Guru meminta  peserta didik untuk memilih dan menunjuk ketua kelompok.
3.    Mintalah setiap peserta didik menyaksikan poster dari materi pembelajaran atau yang sedang dipelajari yang ditampilkan melalui multimedia.
4.    Mintalah peserta didik untuk mencatat materi pembelajaran  yang ditampilkan melalui multimedia.
5.    Setelah materi pembelajaran ditayangkan, mintalah peserta didik untuk membahas melalui diskusi kelompok masing-masing.
6.    Guru meminta ketua kelompok untuk membacakan hasil diskusi kelompok.
7.    Setelah masing-masing kelompok tampil membacakan hasil diskusi, Guru menambahkan penjelasan dan menyimpulkan materi pembelajaran.
Model pembelajaran  Think-Pair-Share ini dikembangkan oleh Frank Lyman 1981dan kawan-kawan dari Universitas Maryland yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think-Pair-Share memberi waktu kepada para siswa untuk berfikir dan merespons serta saling membantu yang lain. Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan sajian pendek atau para siswa telah selesai membaca tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk menyadari secara lebih serius mengenai yang telah dijelaskan oleh guru atau yang telah dibaca.
Guru lebih memilih metode Think-Pair-Share dari pada metode tanya jawab untuk kelompok secara keseluruhan (whole-group question and answer). Think Pair and Share atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota) dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperaif, dari pada penghargaan individual ( Ibrahim dkk : 2000 ).
Langkah-langkah:
1.    Guru menyampaikan inti materi.
2.    Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3.    Guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
4.    Atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa.
5.    Kesimpulan


E.  Program yang digunakan
Program ini merupakan program  pembelajaran yang memanfaatkan ICT dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dipadukan dengan tiga jenis model pembelajaran yang dikolaborasikan yaitu video session, poster session dan think pair and share dengan dijadikan penulis satu model pembelajaran There in One untuk bertujuan menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap), serta merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan sehingga dapat menimbulkan minat peserta didik.
F.   Software
Software yang digunakan adalah Microsoft Windows XP Edition in Microsoft office Power Point 2007 dibantu oleh program, photoshop dan move maker yang menghasilkan beberapa bentuk data yakni teks, gambar/grafik, bunyi/sound, video dan animasi dengan penjelasan sebagai berikut:
1.        Teks.
Bentuk data multimedia yang paling mudah disimpan dan dikendalikan adalah teks. Teks merupakan yang paling dekat dengan kita dan yang paling banyak kita lihat baik dalam bentuk kata maupun narasi diantaranya adalah teks yang terdapat di dalam aplikasi multimedia. Dalam media pembelajaran ini teks yang dimaksudkan adalah teks yang berkaitan dengan materi pembelajaran tentang Iman kepada Qadha dan Qadar. Seperti pada gambar di bawah ini:
2.        Gambar (poster) atau Grafik.
Salah satu alasan menggunakan gambar dalam pembelajaran berbasis ICT ini adalah karena lebih menarik perhatian dan mengurangi kebosanan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. ICT membantu kita melakukan hal ini, yakni ketika gambar grafis menjadi objek suatu link. Grafis sering kali muncul sebagai background (latar belakang) suatu teks untuk menghadirkan kerangka yang mempermanis teks. Lihat contoh di bawah ini:
3.        Bunyi atau Sound.
Bunyi atau sound dalam dalam laptop multimedia, khususnya pada pembelajaran  sangat memberikan manfaat yang sangat besar. Laptop multimedia tanpa bunyi disebut unimedia. Bunyi atau sound dapat kita tambahkan melalui suara, musik dan efek-efek suara. Dalam media ini penulis memasukkan lagu-lagu dalam bentuk instrumentalia sebagai media untuk meningkatkan motivasi dan menggugah emosi peserta didik dalam mempelajari materi pembelajaran Iman kepada Qadha dan Qadar.
4.        Video atau Film.
Video adalah rekaman gambar hidup atau gambar bergerak yang saling berurutan. Terdapat dua macam video yaitu video analog dan video digital. Video analog dibentuk dari deretan sinyal elektrik (gelombang analog) yang direkam oleh kamera dan dipancarluaskan melalui gelombang udara. Sedangkan video digital dibentuk dari sederetan sinyal digital yang berbentuk dan menggambarkan titik sebagai rangkaian nilai minimum dan maksimum. Dalam pembelajaran ini penulis memasukan film sebagai bagian dari salah satu model pembelajaran yang diterapkan.
5.        Animasi.
Animasi yang digunakan pada pembelajaran ini adalah animasi yang di downloud lewat internet dan yang sudah terprogram pada Microsoft office Power Point 2007.         
G. Hardware
Disamping software di atas, program ini didukung oleh hardware seperti:
1.        PC/ Laptop.
2.        Proyektor.
3.        Layar
4.        Speaker aktif
Disamping program yang dituliskan diatas, penulis juga menggunakan beberapa media lainnya sebagai penunjang proses pembelajaran, diantaranya adalah:
1.  Buku pegangan peserta didik
2.  Buku penunjang lainnya yang relevan
3.  Lembaran kertas materi pembelajaran yang akan dipergunakan peserta didik untuk kerja kelompok.
4.  Lembar kerja siswa dan lembar Iman kepada Qadha dan Qadar. 
H.  Model Pembelajaran  :
There in One (Video Session, Poster Session and Think Pair and Share)
            Langkah-Langkah Pembelajaran
            Gambaran lengkap dari model pembelajaran ini dapat dilihat melalui langkah- langkah berikut ini:
a.      Kegiatan Pendahuluan
·      Mengkondisikan kelas
·      Guru dan siswa saling memberi salam kemudian dilanjutkan dengan membaca do’a dan ayat Alqur’an surat Al-fatihah dan Al-Hadid :22 (melalui potongan ayat yang dibagikan guru kepada siswa sebelum  pembelajaran dimulai.
·      Apersepsi, yakni menghubungkan pengalaman hidup peserta didik dengan materi pembelajaran Iman kepada Qadha dan Qadar.
·      Motivasi, untuk memotivasi peserta didik di dalam mempelajari materi Iman kepada Qadha dan Qadar guru memutarkan audio visual.
·      Guru mendemontrasikan cara menggunakan software pembelajaran “Iman Kepada Qadha dan Qadar”.
b.    Kegiatan Inti :
1). EKPLORASI :
1.      Guru menunjuk seorang yang siswa yang fasih membaca Al-qur’an untuk memimpin teman-temannya membaca surat Al-Hadid:22, dengan menggunakan potongan kertas yang tertulis ayat tersebut.
2.      Dengan bantuan computer, siswa membuka software “Iman kepada Qadha dan  Qadar” dengan cara membuka (KLIK) menu-menu yang terdapat di dalam software.
Pada fase Ekplorasi ini kegiatan yang dilakukan siswa antara lain:
a)    Siswa membuka menu utama yang terdapat terdapat pada software antara lain:
                                       ·     Materi Pembelajaran.
                                       ·     Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
                                       ·     Motivasi.
                                       ·     Evaluasi.
                                       ·     Referensi.
                                       ·     Penulis
Seperti terlihat pada gambar sebagai berikut:
       b)   Selanjutnya untuk mengetahui Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi pembelajaran, siswa membuka (Klik) pada menu “SK/KD” yang berisi tentang;
                                       ·     Standar Kompetensi.
                                       ·     Kompetensi Dasar
       Seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
KLIK
 


 
c)  Untuk memulai mempelajari materi Iman kepada Qadha dan Qadar, siswa membuka  (klik) pada menu “materi”.Lihat gambar dibawah ini:
KLIK
maka akan diperoleh sub menu yaitu:
       1. Pengertian Qadha dan Qadar
       2. Ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar
       3. Hubungan antara Qadha dan Qadar
       4. Macam-macam Taqdir
       5. Contoh Qadha dan Qadar (Taqdir Mubram dan Taqdir Muallaq)
       6. Fungsi Iman kepada Qadha dan Qadar
       7. Ayat-ayat tentang Qadha dan Qadar
       8. Rangkuman
Seperti pada gambar di bawah ini;
d) Selanjutnya untuk mengetahui penjelasan pengertian Qadha dan Qadar siswa
    membuka (klik) pada menu  pengertian.
e) Kemudian untuk kembali kepada menu materi pembelajaran siswa mengklik “Home”
    atau bisa juga siswa langsung mengklik menu “Materi” yang berada dibagian atas.
f) Selanjutnya untuk mengetahui penjelasan ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha
   dan Qadar siswa membuka (klik) pada menu ciri-ciri orang yang beriman kepada
   Qadha dan Qadar.
g) Kemudian untuk kembali kepada menu materi pembelajaran siswa mengklik “Home”
    yang berada di pojok bawah sebelah kiri atau bisa juga siswa langsung mengklik menu
    “Materi” yang berada dibagian atas.
h) Selanjutnya untuk mengetahui penjelasan hubungan antara Qadha dan Qadar siswa
    membuka (klik) pada menu  hubungan antara Qadha dan Qadar.
i). Kemudian untuk kembali kepada menu materi pembelajaran siswa mengklik “Home”
yang berada di pojok bawah sebelah kiri atau bisa juga siswa langsung mengklik menu “Materi” yang berada dibagian atas.
j) Selanjutnya untuk mengetahui penjelasan Macam-macam Taqdir siswa membuka (klik) pada menu  Macam-macam Taqdir.
k)    Kemudian untuk kembali kepada menu materi pembelajaran siswa mengklik “Home” yang berada di pojok bawah sebelah kiri atau bisa juga siswa langsung mengklik menu “Materi” yang berada dibagian atas.
l)     Selanjutnya untuk mengetahui contoh Taqdir Mubram dalam bentuk video (film) dan poster siswa membuka (klik) pada menu contoh Qadha dan Qadar (Taqdir Mubram dan Taqdir muallaq).
       Seperti tampak pada gambar di bawah ini;
m)   Kemudian untuk mengatahui contoh Taqdir Mubram dalam bentuk poster siswa langsung mengklik “Next” yang berada di pojok bawah sebelah kanan.
       Seperti tampak pada gambar di bawah ini;
2). ELABOROASI
              Pada fase Elaborasi ini kegiatan yang dilakukan siswa antara lain:
·      Siswa membaca dan menulis materi-materi pokok yang terdapat di dalam software yang dianggap penting.
·      Siswa berdiskusi tentang materi Iman kepada Qadha dan Qadar yang mencangkup pengertian, ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar, hubungan antara Qadha dan Qadar, Macam-macam Taqdir, contoh Taqdir Mubram.
·      Dengan teknik Think Pair and Share, siswa berlatih mengklasifikasikan lembaran kertas yang memuat tentang pengertian, ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar, hubungan antara Qadha dan Qadar, Macam-macam Taqdir, dan gambar-gambar contoh Taqdir Mubram.
·      Tahap Think: siswa diminta  memahami dan menghafalkan pengertian, ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar, hubungan antara Qadha dan Qadar, Macam-macam Taqdir, dan contoh Taqdir Mubram.
·      Tahap Pair: siswa berpasangan (pairing) untuk saling mengecek hafalan materi yang terdapat pada tahap Think diatas.
·      Tahap Share:  siswa melakukan unjuk kerja di depan kelas dengan mengelompokkan lembaran kertas yang memuat tentang pengertian, ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar, hubungan antara Qadha dan Qadar, Macam-macam Taqdir, dan gambar-gambar contoh Taqdir Mubram.
c.    KONFIRMASI
                        Sedangkan pada fase Konfirmasi ini kegiatan yang dilakukan oleh guru dan peserta didik antara lain:
·         Guru memberi penguatan dan umpan balik dalam bentuk soal (evaluasi) dari materi pembelajaran.
·         Selanjutnya untuk mengetahui bank soal yang terdiri dari lima soal, siswa langsung mengklik menu “Evaluasi” yang terdapat pada bagian atas. Pada halaman pertama terdapat tiga soal dilengkapi jawaban dalam bentuk pilihan ganda (a, b , c dan d), selanjutnya siswa (perwakilan kelompok) akan diperintahkan untuk memilih jawaban yang dianggap benar dengan cara mengklik pilihan ganda a, b, c, dan d, apabila jawaban siswa benar maka akan muncul kalimat ”BAGUS…JAWABAN ANDA BENAR”, sebaliknya apabila jawaban siswa salah maka akan muncul kalimat”MAAF… JAWABAN ANDA SALAH” dengan disertai lambaian “TANGAN”. Kemudian untuk mengetahui dua soal dan jawaban lainnya maka siswa langsung mengklik “Next”.
Seperti gambar di bawah ini:

·         guru memberikan apresiasi dan reward kepada siswa yang memberikan jawaban yang benar.
·         Guru menkonfirmasi hasil ekplorasi dan elaborasi peserta didik.
·         Peserta didik melakukan refleksi yang difasilitasi guru untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.
1.   Kegiatan Penutup
·         Mengadakan Tanya jawab tentang materi pembelajaran yang telah dipelajari peserta didik.
·         Guru dan siswa mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan bersama-sama membaca do’a “Allahumma inni astaudi’uka maa ‘allamtani fardudlhu ilayya ‘inda haajatii” dan membaca surat Al-Ashr serta hamdalah.
I.     Kesimpulan
Pada hakekatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi, dimana guru dan siswa saling bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Tugas guru dalam pembelajaran adalah memberi stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar yang optimal. Seorang guru harus mampu menyampaikan materi dengan baik kepada anak didiknya serta dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga proses belajar dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu mutu pembelajaran banyak bergantung pada kemampuan guru dalam membimbing proses belajar siswa.
Minat itu timbul pada diri siswa karena ketertarikannya terhadap suatu mata pelajaran atau cara mengajar guru. Untuk membangkitkan minat yang benar dari siswa terhadap suatu pelajaran dibutuhkan pendekatan, strategi, metode atau model pembelajaran yang dapat merangsang siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Salah satu ikhtiar yang dilakukan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan nasional adalah dengan melakukan perubahan kurikulum KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 yang berbasis saintifik. Sebuah keniscayaan bagi insan pendidikan di negeri ini untuk menerima dan mengeinternalisasikan pada materi pelajaran yang selanjutnya diimplementasikan dalam proses pembelajaran di sekolah.
Guru pendidikan agama Islam yang merupakan salah satu unjuk tombak bagi ketercapaiannya mutu pendidikan nasional terlepas pro-kontra, suka-tidak dengan kehadiran dan diimplementasikannya kurikulum 2013 berbasis saintifik tersebut harus bisa dan mampu menyikapinya dengan penuh kepercayaan diri. Dengan demikian guru PAI dan mata pelajaran PAI tidak dipandang dan dinilai oleh pihak lain hanya sebagai pelengkap. Untuk dapat melaksanakan kurikulum tersebut dalam pembelajaran guru PAI dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi dan kualitas diri sehingga akan mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik secara profesional.
Tidak kalah urgennya adalah guru PAI harus mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan setiap materi PAI yang bisa menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, sehingga nilai-nilai PAI yang paling esensial dan fundamental dapat disampaikan kepada anak didik dan dapat diserap (dipahami) oleh mereka.
Pendekatan saintifk (teknologi) sangat diperlukan dalam rangka membantu proses pembelajaran PAI guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu menjadi manusia yang berpengetahuan, berbudi luhur, beriman dan bertqwa kepada Allah swt. Di samping itu, kegiatan pembelajaran bertujuan sebagai wahana pelestarian nilai-nilai dan kebudayaan, sehingga setiap individu berkewajiban untuk dapat berperan aktif dalam transformasi nilai demi kemajuan bangsa dan negara.
Oleh karenanya, untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta berkualitas, salah satu unsur utama adalah keberadaan guru yang berkualitas pula. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional seperti yang tersirat dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Seorang guru, tanpa terkecuali guru PAI di dalam melaksanakan kompetensi pedagogik dituntut untuk memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Termasuk di dalamnya penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran disadari akan sangat membantu aktivitas pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, tidak bisa dipungkiri, bahwa di dalam implementasinya, tidak banyak guru yang mampu merancang, mencipta atau mempergunakan media pembelajaran secara optimal.
Salah satu contoh pembelajaran PAI berbasis saintifik, yang telah dikembangkan dan implementasikan oleh penulis, diantaranya adalah penggunaan model pembelajaran Three in One (Video Session, Poster Session dan  Think Pair and Share) untuk mencipta- kan suasana belajar yang bermakna dan menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Dengan pengembangan model pembelajaran PAI berbasis saintifik ini, diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bermakna sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan optimal.
J.    Daftar Pustaka
Sutarman, 2009, Pengantar Teknologi Informasi, Jakarta: Bumi Aksara. 
Uno. B. Hamzah B. Uno, 2010, Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasinal,
Jakarta: Kemendikbud.




[1] Sutarman, Pengantar Teknologi Informasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2009)  h.10
[2] Satelit komunikasi sangat penting dalam kehidupan karena telah membuat komunikasi global menjadi wajar dan murah. Siaran televisi dan radio dilakukan melalui satelit komunikasi. Satelit pertama telah diluncurkan pada tahun 1957. Beberapa tahun kemudian, baik Sofyet maupun Amerika meluncurkan satelit komunikasi militer. Pada tahun 1962 NASA telah meluncurkan satelit komunikasi komersial pertama, yaitu Telstar I. Hamzah B. Uno, Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran, (Jakarta; Bumi Aksara, 2010), h. 48
[3] Undang-Undang No 20 tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasinal, (Jakarta: Kemendikbud, 2003)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar