IMPLEMENTASI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DENGAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK;
“Inovasi
Pembelajaran PAI Aspek Aqidah Iman Kepada Qadha Dan Qadar Kelas Ix SMP Negeri 2
Sintang Melalui Model Pembelajaran Three in One Berbasis ICT”
Oleh:
Ilhamdi
A. Pendahuluan
Allah SWT
menciptakan manusia dari segumpal darah (QS. Al–’Alaq : 2), lalu menyempurnakan
bentuknya menjadi jasmani yang dilengkapi dengan unsur rohani. Kemudian Allah
SWT memuliakan manusia dengan mengajarinya membaca dan menulis, sehingga mempunyai
pengetahuan. Untuk mendapatkan pengetahuan tersebut manusia harus melalui suatu
proses yaitu pendidikan.
Pendidikan mengambil peran penting dan
strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, karena pada pendidikanlah
tergantung nasib dan masa depan bangsa. Manusia tidak hanya terdiri dari intelektualitasnya
saja, maka pendidikan yang baik tidak hanya menekankan keunggulan dan
perkembangan intelektualitas semata-mata tetapi
pendidikan juga harus membantu peserta didik untuk membina dan mengembangkan potensi diri.
Pada hakekatnya tugas pendidik adalah
mempersiapkan generasi anak-anak bangsa agar mampu menjalani kehidupan dengan
sebaiknya-baiknya di kemudian hari sebagai khalifah
Allah di bumi. Dalam menjalankan tugas ini pendidikan berupaya mengembangkan
potensi (fithrah) sebagai anugerah Allah yang tersimpan dalam diri anak,
baik yang bersifat jasmaniah maupun ruhaniyah, melalui pembelajaran sejumlah
pengetahuan, kecakapan, dan pengalaman yang berguna bagi hidupnya.
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah
mengalami revolusi yang sangat cepat, hal ini berdampak signifikan terhadap
kemajuan pola pikir masyarakat secara makro. Dalam bidang pendidikan,
perubahan-perubahan ini telah memberikan pengalaman baru sekaligus merupakan
tantangan bagi para praktisi untuk memanfaatkan perubahan tersebut menjadi
salah satu modal penting penyelenggaraan kegiatan pendidikan yang lebih efisien
dan efektif. Dalam hal ini, pendekatan teknologi (saintifik) menjadi bagian
yang penting dan tidak dapat dipisahkan dalam penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran.[1]
Kehadiran teknologi diyakini
sebagai alat pengubah. Hal ini di lihat bahwa penemuan teknologi dari para
ilmuan yang jenius berawal dari tujuan untuk memudahkan aktivitas manusia, seperti satelit komunikasi[2] Penyelenggaraan
pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses
berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di
masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi tumbuh kembangnya
bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.
Dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada pasal 3
tentang fungsi dan tujuan , menyatakan:
“Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.[3]
Dari sekian banyak unsur sumber daya
pendidikan, kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi
yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta
didik. Perubahan kurikulum 2006 atau yang lebih dikenal dengan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum berbasis kompetensi yang
dihasilkan melalui model pendekatan bottom
up approach. Sedangkan kurikulum 2013 yang merupakan hasil dari perubahan
kurikulum 2006, merupakan kurikulum yang dihasilkan melalui model pendekatan top down approach yang berbasis
saintifik.
Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada saintifik sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia
berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3)
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Pengembangan dan
pelaksanaan kurikulum berbasis saintifik merupakan salah satu strategi
pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pendekatan saintifik diperlukan dalam
rangka membantu proses pembelajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
yaitu menjadi manusia yang berpengetahuan dan berbudi luhur. Di samping itu,
kegiatan pembelajaran bertujuan sebagai wahana pelestarian nilai-nilai dan
kebudayaan, sehingga setiap individu berkewajiban untuk dapat berperan aktif
dalam transformasi nilai demi kemajuan bangsa dan negara. Oleh karenanya, untuk
mewujudkan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
serta berkualitas, salah satu unsur utama adalah keberadaan guru yang
berkualitas pula. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional
seperti yang tersirat dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen.
Seorang guru, di dalam melaksanakan
kompetensi pedagogik dituntut untuk memiliki kemampuan secara metodologis dalam
hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Termasuk di dalamnya penguasaan,
pemanfaatan dan penciptaan media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media
pembelajaran disadari akan sangat membantu aktivitas pembelajaran, baik di
dalam maupun di luar kelas. Namun, tidak bisa dipungkiri, bahwa di dalam
implementasinya, tidak banyak guru yang mampu merancang, mencipta atau
mempergunakan media pembelajaran secara optimal.
Disisi lain, keterbatasan alat-alat
teknologi juga menjadi penyebab kurang maksi- malnya usaha guru dalam
memanfaatkan keberadaan media pembelajaran. Peran saintifik (teknologi informasi) semakin
penting, karena memasuki era informasi (information age), di mana
informasi memiliki peranan yang sangat penting dalam semua aspek kehidupan.
Siapa yang menguasai informasi maka ia yang memiliki peluang lebih dibandingkan
dengan yang tidak memiliki.
B.
Pembahasan
Pendidikan agama Islam
yang merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada sekolah, mulai dari tingkat
dasar (SD dan SMP) hingga sampai tingkat menengah (SMA dan SMK), memegang peranan yang sangat
urgen untuk pencapaian tujuan pendidikan nasional
seperti yang diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Akan tetapi pada
kenyataannya, berdasarkan pengamatan sebagian besar guru pendidikan
agama Islam
(PAI), mata pelajaran PAI tersebut
kurang diminati oleh para siswa. Mereka kurang bersemangat dalam mengikuti proses
pembelajaran dan kurang tekun dalam mengerjakan tugas. Banyak faktor yang
mempengaruhi rendahnya minat siswa dalam belajar, antara lain dari faktor guru
itu sendiri, misalkan dalam kegiatan proses pembelajaran, pendekatan, strategi,
metode atau model pembelajaran masih bersifat konvensional, pembelajaran cenderung
terfokus kepada guru (Teacher Centered).
Padahal baik dan buruknya metode pembelajaran yang
dipergunakan, sangat dipengaruhi oleh individunya atau the man behind the gun, diantara unsur penunjangnya yaitu guru yang
berkualitas dan memiliki integritas yang kuat terhadap tugas dan fungsinya.
Kehadiran kurikulum 2013 yang berbasis
saintifik, disikapi secara beragam per- sepsi oleh semua kalangan khususnya
insan pendidikan, kepala sekolah, guru, siswa, orangtua siswa, komite dan stakholder lainnya, mulai dari kota
besar hingga ke pedalaman diseluruh penjuru negeri ini. Ada yang menyikapinya
dengan persepsi positif (pro), namun sebaliknya ada juga kalangan yang
menyikapinya dengan persepsi negatif (kontra).
Perubahan kurikulum ini akan membawa implikasi
yang positif maupun negatif dalam materi pelajaran dan dalam proses
pembelajaran di kelas oleh guru. Penulis yang merupakan salah satu guru
pendidikan agama Islam (GPAI) di SMP 2 Negeri 2 Sintang Kabupaten Sintang
Kalimantan Barat,dalam menyikapi perubahan kurikulum pendidikan ini memberikan
2 catatan.
Pertama,
penulis memandang perlu mengapresisasi dan menyambut baik akan kehadiran
kurikulum 2013 berbasis saintifik, ini merupakan hasil ikhtiar dan upaya
pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di era modern. Dengan dan
diimple- mentasikannya kurikulum 2013, penulis berharap semua guru-guru PAI
dapat memberi- kan respon positif, karena selama ini mata pelajaran PAI hanya
dianggap sebagai pelengkap dari pelajaran-pelajaran yang lainnya. Demikian juga
dengan posisi dan reputasi guru PAI dipandang dan dinilai hanya sebagai tenaga
pendidi kelas II (terpinggirkan) yang hanya bisa melakukan proses pembelajaran
dengan menggunakan metode konvesional (ceramah melulu).
Jauh
sebelum pemerintah mencanangkan kurikulum 2013 yang berbasis saintifik, yang
diinternalisasikan melalui kegiatan pembelajaran, penulis telah sering
melakukan proses pembelajaran PAI dengan menggunakan pendekatan ICT. karena
secara fasilitas sarana dan prasarana sangatlah menunjang di sekolah tempat
bertugas.
Berdasarkan
hasil penelitian (PTK) penulis tahun 2011 dan tahun 2012 tentang model
pembelajaran pendidikan agama Islam Berbasis Sains di SMP 2 Negeri Sintang
Kabupaten Sintang Kalimantan Barat (tempat tugas penulis) disimpulkan bahwa
pola pengajaran yang cocok adalah pola pengajaran non konvensional, artinya
pola pengajaran yang banyak melibatkan siswa untuk aktif dan berinteraksi
dengan materi dan lingkungannya.
Materi
yang sesuai adalah materi yang tidak hanya terbatas dogmatis, tetapi materi
agama yang mengandung unsur-unsur sains yang dapat memenuhi kepuasan
intelektual siswa, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Di samping itu
bahasa-bahasa yang digunakan juga bahasa-bahasa yang dapat ditangkap oleh siswa
secara ilmiah, bukan hanya bahasa-bahasa yang bersifat dogmatis.
Sarana
dan prasarana pendukung pengajaran PAI Berbasis Sains, seperti laptop,
LCD/proyektor, soundsystem, alat peraga, laboratorium dan media pengajaran yang
memang penting dalam mempermudah siswa dalam proses belajar mengajar dan lebih
mudah dalam memberikan pemahaman dan keyakinan kepada siswa. Sehingga alat-alat
ini dapat membantu siswa pada pencapaian penghayatan nilai-nilai agama secara
afektif.
Penelitian
ini memberikan rekomendasi kepada kepala SMP Negeri 2 Sintang, Dinas Pendidikan
(Bidang Dikmenti), Kantor Kementerian Agama Kabupaten Sintang khususnya bagian
pembinaan Madrasah dan Pendidikan Agama (Mapenda) supaya memberikan pembinaan secara
intensif kepada guru-guru PAI dalam pengembangan mutu pembelajaran agama Islam
berbasis sains, melalui pelatihan, penataran, workshop, dan lokakarya bagi
guru-guru SD, SMP, SMA dan SMK, baik ditingkat lokal maupun nasional dalam
rangka mensosialisasikan ilmu pengetahuan, Iman dan Taqwa.
Kedua.
Dengan diimplementasikannya
kurikulum 2013 yang berbasis saintifik, penulis memberikan kritik, diantaranya:
a. Bahwa kurikulum ini sangatlah
memberatkan bagi guru-guru PAI yang belum mahir menguasai teknologi (laptop dan
perangkat lainnya).
b. Guru-guru PAI yang bertugas di pedalaman
yang minim sarana dan prasana akan kesulitan untuk mengimplementasikan
kurikukulum 2013.
c. Dikhawatirkan nilai-nilai PAI yang
esensial dan fundamental tidak akan ter- sampaikan oleh guru dalam proses
pembelajaran.
d. Tidak semua materi PAI dapat menggunakan
pendekatan saintifik.
e. Kurikulum ini akan menjadi beban dan
hambatan bagi sekolah yang minim fasilitas, sehingga akan berimplikasi pada
kriteria penilaian mutu sekolah tersebut.
C. Multimedia
Interaktif, e-learning, dan Virtual Classroom
Penerapan kurikulum 2013 yang
berbasis saintifik sudah menjadi sebuah kenis- cayaan dalam pembelajaran tidak
bisa ditunda atau dihindari oleh guru, tanpa terkecuali guru pendidikan agama
Islam. Dewasa ini tingkat literasi guru PAI dan peserta didik dalam TIK semakin
tinggi, bahkan banyak yang telah mencapai tingkatan literasi TIK yang
menjadikan mereka mampu mengajar/belajar PAI dengan menggunakan pendekatan TIK.
Literasi guru PAI dan peserta didik dalam TIK yang tinggi tersebut perlu
dimanfaatkan untuk pembelajaran. Bentuk-bentuk pembelajaran yang dimaksud
antara lain berupa pembelajaran dengan multi-media pembelajaran interaktif, e-learning, dan virtual classroom.
Untuk melihat dan menilai
kemampuan guru pendidikan agama Islam dalam dalam merancang pembelajaran PAI
dengan pendekatan saintifik/TIK Ditjen PAIS Kemenag pusat menyelenggarakan
suatu ajang lomba kreasi model pembelajaran PAI SD, SMP, SMA dan SMK berbasis ICT
tahun, 2009, 2010, dan 2011. Disela-sela kegia- tan lomba tersebut pihak Ditjen
PAIS juga memfasilitasi pembelajaran PAI dengan multi-media pembelajaran
interaktif, e-learning, dan virtual classroom tersebut. Direktorat
PAIS Kemenag pusat telah mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif mata
pelajaran PAI SD, SMP, SMA dan SMK.
D. Inovasi
Pembelajaran PAI berbasis saintifik
Sebagai seorang guru pendidikan
agama Islam yang bertugas di sekolah dengan memiliki fasilitas sarana dan
prasarana yang cukup representatif dan memadai, penulis selalu berusaha untuk
mengembangkan kemampuan dibidang IT, sehingga bisa merancang metode atau model
pembelajaran PAI berbasis saintifik. Dengan diimplementasikannya kurikulum 2013
bukanlah merupakan suatu momok yang menakutkan bagi penulis, melainkan menjadi
suatu tantangan bagi penulis dalam melaksanakan tugas, sehingga penulis terus
berupaya bagaimana pembelajaran PAI bisa diminati bahkan bisa dijadikan
pembelajaran yang dinanti-nantikan oleh peserta didik.
Salah satu contoh rancangan
pembelajaran PAI kelas IX SMP Negeri 2 Sintang dengan pendekatan saintifik,
adalah materi PAI aspek aqidah, Iman
kepada Qadha dan Qadar melalui model pembelajaran Three in One
berbasis ICT”.
Rancangan model pembelajaran ini penulis
namakan demikian diawali dari suatu kajian dan penelitian dengan mengambil
kesimpulan untuk mengkolaborasikan tiga jenis model pembelajaran yaitu Video Session, Poster Session dan Think Pair and Share, yang diberi nama ”Three in One” (tiga dalam satu) berbasis ICT
yang bercorak PAIKEM.
Model pembelajaran Video Session
(membahas video) adalah sebagai media penyampai pesan, termasuk media
audio-visual atau media pandang-dengar (Amien, S dan Lamere.2010). Media audio
visual dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi
peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio-visual murni;
dan kedua, media audio-visual tidak murni. Film bergerak (movie),
televisi, dan video termasuk jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP
dan peralatan visual lainnya yang diberi suara termasuk jenis yang kedua.
Munadi dalam Amien, S dan Lamere (2010). Dari beberapa definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa video itu berkenaan dengan apa yang dapat dilihat, utamanya
adalah gambar hidup bergerak, proses perekamannya, dan penayangannya tentunya
melibatkan teknologi.
Langkah-langkah:
1.
Guru
membagi peserta didik dalam beberapa kelompok (4-6 orang perkelompok).
2. Guru meminta peserta didik untuk memilih dan menunjuk
ketua kelompok.
3. Mintalah setiap peserta didik
menyaksikan tanyangan video dari materi pembelajaran atau yang sedang
dipelajari.
4. Mintalah peserta didik untuk mencatat
materi pembelajaran yang ditayangkan
lewat video.
5. Setelah video materi pembelajaran
ditayangkan, mintalah peserta didik untuk membahas melalui diskusi kelompok
masing-masing.
6. Guru meminta ketua kelompok untuk
membacakan hasil diskusi kelompok.
7.
Setelah
masing-masing kelompok tampil membacakan hasil diskusi, Guru menambahkan
penjelasan dan menyimpulkan materi pembelajaran.
Model pembelajaran Poster Session
(Membahas Poster), metode presentasi alternatif ini merupakan sebuah cara yang
tepat untuk menginformasikan kepada peserta didik secara cepat, menangkap
imajinasi mereka, dan mengundang pertukaran ide di antara mereka. Setyosari dan
Sihkabuden (2010). Teknik ini juga merupakan sebuah cara cerita dan grafik yang
memungkinkan peserta didik mengekspresikan persepsi dan perasaan mereka tentang
topik yang sekarang sedang dibahas.
Langkah-langkah:
1.
Guru
membagi peserta didik dalam beberapa kelompok (4-6 orang perkelompok).
2. Guru meminta peserta didik untuk memilih dan menunjuk
ketua kelompok.
3. Mintalah setiap peserta didik
menyaksikan poster dari materi pembelajaran atau yang sedang dipelajari yang
ditampilkan melalui multimedia.
4. Mintalah peserta didik untuk mencatat
materi pembelajaran yang ditampilkan
melalui multimedia.
5. Setelah materi pembelajaran ditayangkan,
mintalah peserta didik untuk membahas melalui diskusi kelompok masing-masing.
6. Guru meminta ketua kelompok untuk
membacakan hasil diskusi kelompok.
7.
Setelah
masing-masing kelompok tampil membacakan hasil diskusi, Guru menambahkan
penjelasan dan menyimpulkan materi pembelajaran.
Model pembelajaran Think-Pair-Share
ini dikembangkan oleh Frank Lyman 1981dan kawan-kawan dari Universitas Maryland
yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu
diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara keseluruhan. Metode Think-Pair-Share memberi waktu kepada
para siswa untuk berfikir dan merespons serta saling membantu yang lain.
Sebagai contoh, seorang guru baru saja menyelesaikan sajian pendek atau para
siswa telah selesai membaca tugas. Selanjutnya, guru meminta para siswa untuk
menyadari secara lebih serius mengenai yang telah dijelaskan oleh guru atau
yang telah dibaca.
Guru lebih memilih metode Think-Pair-Share dari pada metode tanya
jawab untuk kelompok secara keseluruhan (whole-group
question and answer). Think Pair and
Share atau (Berfikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 anggota)
dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperaif, dari pada penghargaan
individual ( Ibrahim dkk : 2000 ).
Langkah-langkah:
1.
Guru
menyampaikan inti materi.
2. Siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya
tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3. Guru memimpin pleno dan tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya.
4. Atas dasar hasil diskusi, guru
mengarahkan pembicaraan pada materi/permasalahan yang belum diungkap siswa.
5. Kesimpulan
E. Program yang digunakan
Program
ini merupakan program pembelajaran yang
memanfaatkan ICT dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dipadukan
dengan tiga jenis model pembelajaran yang dikolaborasikan yaitu video
session, poster session dan think pair and share dengan dijadikan penulis
satu model pembelajaran There in One untuk bertujuan menyalurkan pesan
(pengetahuan, keterampilan dan sikap), serta merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan sehingga dapat menimbulkan minat peserta didik.
F. Software
Software
yang digunakan adalah Microsoft Windows XP Edition in Microsoft office Power
Point 2007 dibantu oleh program, photoshop dan move maker yang
menghasilkan beberapa bentuk data yakni teks, gambar/grafik, bunyi/sound, video
dan animasi dengan penjelasan sebagai berikut:
1.
Teks.
Bentuk
data multimedia yang paling mudah disimpan dan dikendalikan adalah teks. Teks
merupakan yang paling dekat dengan kita dan yang paling banyak kita lihat baik
dalam bentuk kata maupun narasi diantaranya adalah teks yang terdapat di dalam
aplikasi multimedia. Dalam media pembelajaran ini teks yang dimaksudkan adalah
teks yang berkaitan dengan materi pembelajaran tentang Iman kepada Qadha dan
Qadar. Seperti pada gambar di bawah ini:
2.
Gambar
(poster) atau Grafik.
Salah
satu alasan menggunakan gambar dalam pembelajaran berbasis ICT ini adalah
karena lebih menarik perhatian dan mengurangi kebosanan peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran. ICT membantu kita melakukan hal ini, yakni ketika gambar
grafis menjadi objek suatu link. Grafis sering kali muncul sebagai background
(latar belakang) suatu teks untuk menghadirkan kerangka yang mempermanis
teks. Lihat contoh di bawah ini:
3.
Bunyi
atau Sound.
Bunyi
atau sound dalam dalam laptop multimedia, khususnya pada pembelajaran sangat memberikan manfaat yang sangat besar.
Laptop multimedia tanpa bunyi disebut unimedia. Bunyi atau sound dapat kita
tambahkan melalui suara, musik dan efek-efek suara. Dalam media ini penulis
memasukkan lagu-lagu dalam bentuk instrumentalia sebagai media untuk
meningkatkan motivasi dan menggugah emosi peserta didik dalam mempelajari
materi pembelajaran Iman kepada Qadha dan Qadar.
4.
Video
atau Film.
Video
adalah rekaman gambar hidup atau gambar bergerak yang saling berurutan.
Terdapat dua macam video yaitu video analog dan video digital. Video analog
dibentuk dari deretan sinyal elektrik (gelombang analog) yang direkam oleh
kamera dan dipancarluaskan melalui gelombang udara. Sedangkan video digital
dibentuk dari sederetan sinyal digital yang berbentuk dan menggambarkan titik
sebagai rangkaian nilai minimum dan maksimum. Dalam pembelajaran ini penulis
memasukan film sebagai bagian dari salah satu model pembelajaran yang
diterapkan.
5.
Animasi.
Animasi
yang digunakan pada pembelajaran ini adalah animasi yang di downloud lewat
internet dan yang sudah terprogram pada Microsoft office Power Point 2007.
G. Hardware
Disamping
software di atas, program ini didukung oleh hardware seperti:
1.
PC/
Laptop.
2.
Proyektor.
3.
Layar
4.
Speaker
aktif
Disamping
program yang dituliskan diatas, penulis juga menggunakan beberapa media lainnya
sebagai penunjang proses pembelajaran, diantaranya adalah:
1. Buku pegangan peserta didik
2. Buku penunjang lainnya yang relevan
3. Lembaran kertas materi pembelajaran yang akan
dipergunakan peserta didik untuk kerja kelompok.
4. Lembar kerja siswa dan lembar Iman kepada
Qadha dan Qadar.
H. Model Pembelajaran :
There in One (Video
Session, Poster Session and Think Pair and Share)
Langkah-Langkah Pembelajaran
Gambaran lengkap dari model pembelajaran ini dapat
dilihat melalui langkah- langkah berikut ini:
a.
Kegiatan
Pendahuluan
·
Mengkondisikan
kelas
·
Guru
dan siswa saling memberi salam kemudian dilanjutkan dengan membaca do’a dan
ayat Alqur’an surat Al-fatihah dan Al-Hadid :22 (melalui potongan ayat yang
dibagikan guru kepada siswa sebelum
pembelajaran dimulai.
·
Apersepsi,
yakni menghubungkan pengalaman hidup peserta didik dengan materi pembelajaran
Iman kepada Qadha dan Qadar.
·
Motivasi,
untuk memotivasi peserta didik di dalam mempelajari materi Iman kepada Qadha
dan Qadar guru memutarkan audio visual.
·
Guru
mendemontrasikan cara menggunakan software pembelajaran “Iman Kepada Qadha dan Qadar”.
b. Kegiatan Inti
:
1). EKPLORASI :
1.
Guru menunjuk seorang yang siswa yang fasih membaca
Al-qur’an untuk memimpin teman-temannya membaca surat Al-Hadid:22, dengan
menggunakan potongan kertas yang tertulis ayat tersebut.
2.
Dengan bantuan computer, siswa membuka software
“Iman kepada Qadha dan Qadar” dengan
cara membuka (KLIK) menu-menu yang terdapat di dalam software.
Pada fase Ekplorasi ini kegiatan yang dilakukan siswa antara lain:
a) Siswa membuka menu utama yang
terdapat terdapat pada software antara lain:
· Materi
Pembelajaran.
· Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
· Motivasi.
· Evaluasi.
· Referensi.
· Penulis
Seperti terlihat pada gambar sebagai berikut:
b) Selanjutnya untuk mengetahui Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar materi pembelajaran, siswa membuka (Klik) pada
menu “SK/KD” yang berisi tentang;
· Standar
Kompetensi.
· Kompetensi
Dasar
Seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
KLIK
|
c) Untuk
memulai mempelajari materi Iman kepada Qadha dan Qadar, siswa membuka (klik) pada menu “materi”.Lihat gambar
dibawah ini:
KLIK
|
maka akan diperoleh sub menu yaitu:
1. Pengertian Qadha dan Qadar
2. Ciri-ciri orang yang
beriman kepada Qadha dan Qadar
3. Hubungan antara Qadha dan
Qadar
4. Macam-macam Taqdir
5. Contoh Qadha dan Qadar
(Taqdir Mubram dan Taqdir Muallaq)
6. Fungsi Iman kepada Qadha
dan Qadar
7. Ayat-ayat tentang Qadha
dan Qadar
8. Rangkuman
Seperti
pada gambar di bawah ini;
d) Selanjutnya untuk mengetahui penjelasan pengertian Qadha dan Qadar
siswa
membuka (klik) pada menu pengertian.
e) Kemudian untuk kembali kepada menu materi pembelajaran siswa mengklik
“Home”
atau bisa juga siswa langsung
mengklik menu “Materi” yang berada dibagian atas.
f) Selanjutnya untuk mengetahui penjelasan ciri-ciri orang yang beriman
kepada Qadha
dan Qadar siswa membuka (klik)
pada menu ciri-ciri orang yang beriman kepada
Qadha dan Qadar.
g) Kemudian untuk kembali kepada menu materi pembelajaran siswa mengklik
“Home”
yang berada di pojok bawah
sebelah kiri atau bisa juga siswa langsung mengklik menu
“Materi” yang berada dibagian
atas.
h) Selanjutnya untuk mengetahui penjelasan hubungan antara Qadha dan
Qadar siswa
membuka (klik) pada menu hubungan antara Qadha dan Qadar.
i). Kemudian untuk kembali kepada menu materi pembelajaran siswa mengklik
“Home”
yang
berada di pojok bawah sebelah kiri atau bisa juga siswa langsung mengklik menu
“Materi” yang berada dibagian atas.
j) Selanjutnya
untuk mengetahui penjelasan Macam-macam Taqdir siswa membuka (klik) pada
menu Macam-macam Taqdir.
k) Kemudian untuk kembali kepada
menu materi pembelajaran siswa mengklik “Home” yang berada di pojok bawah
sebelah kiri atau bisa juga siswa langsung mengklik menu “Materi” yang berada
dibagian atas.
l) Selanjutnya untuk mengetahui
contoh Taqdir Mubram dalam bentuk video (film) dan poster siswa membuka (klik)
pada menu contoh Qadha dan Qadar (Taqdir Mubram dan Taqdir muallaq).
Seperti tampak pada gambar di
bawah ini;
m) Kemudian untuk mengatahui
contoh Taqdir Mubram dalam bentuk poster siswa langsung mengklik “Next” yang
berada di pojok bawah sebelah kanan.
Seperti tampak pada gambar di
bawah ini;
2).
ELABOROASI
Pada fase Elaborasi ini kegiatan yang
dilakukan siswa antara lain:
·
Siswa membaca dan menulis materi-materi pokok yang
terdapat di dalam software yang dianggap penting.
·
Siswa berdiskusi tentang materi Iman kepada Qadha
dan Qadar yang mencangkup pengertian, ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha
dan Qadar, hubungan antara Qadha dan Qadar, Macam-macam Taqdir, contoh Taqdir
Mubram.
·
Dengan teknik Think Pair and Share, siswa berlatih
mengklasifikasikan lembaran kertas yang memuat tentang pengertian, ciri-ciri
orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar, hubungan antara Qadha dan Qadar,
Macam-macam Taqdir, dan gambar-gambar contoh Taqdir Mubram.
·
Tahap Think: siswa diminta memahami dan menghafalkan pengertian,
ciri-ciri orang yang beriman kepada Qadha dan Qadar, hubungan antara Qadha dan
Qadar, Macam-macam Taqdir, dan contoh Taqdir Mubram.
·
Tahap Pair: siswa berpasangan (pairing) untuk saling
mengecek hafalan materi yang terdapat pada tahap Think diatas.
·
Tahap Share:
siswa melakukan unjuk kerja di depan kelas dengan mengelompokkan
lembaran kertas yang memuat tentang pengertian, ciri-ciri orang yang beriman
kepada Qadha dan Qadar, hubungan antara Qadha dan Qadar, Macam-macam Taqdir,
dan gambar-gambar contoh Taqdir Mubram.
c.
KONFIRMASI
Sedangkan pada fase Konfirmasi ini kegiatan yang
dilakukan oleh guru dan peserta didik antara lain:
·
Guru memberi penguatan dan umpan balik dalam bentuk
soal (evaluasi) dari materi pembelajaran.
·
Selanjutnya untuk mengetahui bank soal yang terdiri
dari lima soal, siswa langsung mengklik menu “Evaluasi” yang terdapat pada
bagian atas. Pada halaman pertama terdapat tiga soal dilengkapi jawaban dalam
bentuk pilihan ganda (a, b , c dan d), selanjutnya siswa (perwakilan kelompok)
akan diperintahkan untuk memilih jawaban yang dianggap benar dengan cara
mengklik pilihan ganda a, b, c, dan d, apabila jawaban siswa benar maka akan
muncul kalimat ”BAGUS…JAWABAN ANDA BENAR”, sebaliknya apabila jawaban siswa
salah maka akan muncul kalimat”MAAF… JAWABAN ANDA SALAH” dengan disertai
lambaian “TANGAN”. Kemudian untuk mengetahui dua soal dan jawaban lainnya maka
siswa langsung mengklik “Next”.
Seperti gambar di bawah ini:
·
guru memberikan apresiasi dan reward kepada siswa
yang memberikan jawaban yang benar.
·
Guru menkonfirmasi hasil ekplorasi dan elaborasi
peserta didik.
·
Peserta didik melakukan refleksi yang difasilitasi
guru untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.
1.
Kegiatan Penutup
·
Mengadakan Tanya jawab tentang materi pembelajaran
yang telah dipelajari peserta didik.
·
Guru dan siswa mengakhiri kegiatan belajar mengajar
dengan bersama-sama membaca do’a “Allahumma inni astaudi’uka maa ‘allamtani
fardudlhu ilayya ‘inda haajatii” dan membaca surat Al-Ashr serta hamdalah.
I. Kesimpulan
Pada hakekatnya
proses pembelajaran adalah proses komunikasi, dimana guru dan siswa saling
bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan pengertian. Tugas guru dalam
pembelajaran adalah memberi stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada
siswa agar terjadi proses belajar yang optimal. Seorang guru harus mampu
menyampaikan materi dengan baik kepada anak didiknya serta dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan sehingga proses belajar dapat berjalan dengan
lancar. Oleh karena itu mutu pembelajaran banyak bergantung pada kemampuan guru
dalam membimbing proses belajar siswa.
Minat itu timbul
pada diri siswa karena ketertarikannya terhadap suatu mata pelajaran atau cara
mengajar guru. Untuk membangkitkan minat yang benar dari siswa terhadap suatu
pelajaran dibutuhkan pendekatan,
strategi, metode
atau model pembelajaran yang dapat
merangsang siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Salah satu ikhtiar yang dilakukan
pemerintah dalam memperbaiki pendidikan nasional adalah dengan melakukan
perubahan kurikulum KTSP 2006 menjadi kurikulum 2013 yang berbasis saintifik.
Sebuah keniscayaan bagi insan pendidikan di negeri ini untuk menerima dan
mengeinternalisasikan pada materi pelajaran yang selanjutnya diimplementasikan
dalam proses pembelajaran di sekolah.
Guru pendidikan agama Islam yang
merupakan salah satu unjuk tombak bagi ketercapaiannya mutu pendidikan nasional
terlepas pro-kontra, suka-tidak dengan kehadiran dan diimplementasikannya kurikulum
2013 berbasis saintifik tersebut harus bisa dan mampu menyikapinya dengan penuh
kepercayaan diri. Dengan demikian guru PAI dan mata pelajaran PAI tidak
dipandang dan dinilai oleh pihak lain hanya sebagai pelengkap. Untuk dapat
melaksanakan kurikulum tersebut dalam pembelajaran guru PAI dituntut untuk
terus meningkatkan kompetensi dan kualitas diri sehingga akan mampu
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik secara profesional.
Tidak kalah urgennya adalah guru PAI
harus mampu mengidentifikasi dan mengklasifikasikan setiap materi PAI yang bisa
menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, sehingga nilai-nilai PAI
yang paling esensial dan fundamental dapat disampaikan kepada anak didik dan
dapat diserap (dipahami) oleh mereka.
Pendekatan saintifk (teknologi) sangat
diperlukan dalam rangka membantu proses pembelajaran PAI guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, yaitu menjadi manusia yang berpengetahuan, berbudi
luhur, beriman dan bertqwa kepada Allah swt. Di samping itu, kegiatan
pembelajaran bertujuan sebagai wahana pelestarian nilai-nilai dan kebudayaan,
sehingga setiap individu berkewajiban untuk dapat berperan aktif dalam
transformasi nilai demi kemajuan bangsa dan negara.
Oleh karenanya, untuk mewujudkan
kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta
berkualitas, salah satu unsur utama adalah keberadaan guru yang berkualitas
pula. Guru yang berkualitas adalah guru yang memiliki kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional seperti
yang tersirat dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
Seorang guru, tanpa terkecuali guru PAI
di dalam melaksanakan kompetensi pedagogik dituntut untuk memiliki kemampuan
secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Termasuk
di dalamnya penguasaan, pemanfaatan dan penciptaan media pembelajaran yang
sesuai. Penggunaan media pembelajaran disadari akan sangat membantu aktivitas
pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, tidak bisa dipungkiri,
bahwa di dalam implementasinya, tidak banyak guru yang mampu merancang,
mencipta atau mempergunakan media pembelajaran secara optimal.
Salah satu contoh
pembelajaran PAI berbasis
saintifik, yang telah dikembangkan dan implementasikan oleh penulis, diantaranya adalah penggunaan model pembelajaran Three in One (Video Session,
Poster Session dan Think Pair and Share)
untuk mencipta- kan suasana belajar yang
bermakna dan menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Dengan pengembangan model
pembelajaran PAI berbasis
saintifik ini, diharapkan dapat
menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bermakna sehingga tujuan belajar
dapat tercapai dengan optimal.
J. Daftar
Pustaka
Sutarman, 2009, Pengantar
Teknologi Informasi, Jakarta: Bumi Aksara.
Uno. B. Hamzah B. Uno, 2010, Teknologi
Komunikasi & Informasi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasinal,
Jakarta:
Kemendikbud.
[2] Satelit komunikasi sangat penting dalam kehidupan
karena telah membuat komunikasi global menjadi wajar dan murah. Siaran televisi
dan radio dilakukan melalui satelit komunikasi. Satelit pertama telah
diluncurkan pada tahun 1957. Beberapa tahun kemudian, baik Sofyet maupun
Amerika meluncurkan satelit komunikasi militer. Pada tahun 1962 NASA telah
meluncurkan satelit komunikasi komersial pertama, yaitu Telstar I. Hamzah B.
Uno, Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran, (Jakarta; Bumi
Aksara, 2010), h. 48
[3] Undang-Undang No 20
tahun 2003tentang Sistem Pendidikan
Nasinal, (Jakarta: Kemendikbud, 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar